digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan bioteknologi dalam dekade terakhir ini mendorong penerapan bioteknologi yang maju melalui teknologi genome editing. Pengeditan genom sebagai teknologi baru menawarkan teknologi sederhana dan canggih yang dapat mengedit tanaman pertanian menjadi sifat yang diinginkan. Penerimaan teknologi ditunjukkan melalui beberapa kebijakan yang diterapkan di beberapa negara yang memperlakukan teknologi tersebut sebagai teknologi pemuliaan tanaman baru. Selain itu, biaya tinggi yang ditawarkan oleh pengembangan produk Genetically Modified (GM) (proses penelitian dan pengembangan, dan proses registrasi produk) telah menjadi tantangan Indonesia selama lebih dari beberapa dekade dalam pemanfaatan teknologi, terutama di mana ratusan studi tentang produk rekayasa genetika dari beberapa komoditas Indonesia telah dilakukan oleh peneliti Indonesia dalam dekade terakhir tanpa didaftarkan sebagai varietas yang dapat dimanfaatkan oleh petani. Selanjutnya, tantangan penerimaan teknologi dijelaskan di tingkat hilir khususnya di tingkat industri pertanian, selanjutnya di tingkat konsumen. Regulasi yang mendukung untuk teknologi penyuntingan gen pada tanaman harus diterapkan sebagai dukungan positif dari pemerintah dalam adopsi teknologi di Indonesia. Perencanaan strategis terhadap advokasi regulasi harus ditetapkan untuk mendorong kebijakan proses registrasi produk teknologi penyuntingan genome ke arah positif yang menguntungkan implementasi teknologi kepada industri dan mendorong sentimen positif untuk mendapatkan kejelasan status regulasi sebagai pendorong inovasi pemuliaan tanaman di masa depan. Untuk mengawal kesiapan Indonesia dalam adopsi teknologi genome editing, pemangku kepentingan pada sektor inovasi harus menjadi center of excellence dimana inovasi hasil penelitian dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh tingkat hilir seperti industri, petani, dan konsumen. Analisa sumber daya berbasis terhadap kapabilitas Indonesia melalui analisis internal pemangku kepentingan pada sektor inovasi (BRIN/NARI) dianalisa secara komprehensif dan empiris. Hasil analisis sumber daya menunjukkan kemampuan daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara lain yang telah mengadopsi teknologi tersebut. Costleadership dipilih sebagai country-level strategy di mana teknologi menawarkan anggaran berbiaya rendah (untuk kegiatan penelitian dan pengembangan dan proses pendaftaran produk) dan efisiensi terhadap waktu. Melalui cost-leadership, kondisi keuangan untuk proses pengembangan inobasi yang diamati sebagai ancaman terhadap kemampuan Indonesia untuk mengadopsi dan memiliki peluang untuk memiliki lingkungan regulasi yang positif untuk teknologi penyuntingan gen. Selanjutnya, aliansi strategis melalui tata kelola negara dapat menginisiasi fondasi struktur yang kuat di antara pemangku kepentingan utama yang terkait dengan teknologi penyuntingan genom. Aliansi strategis juga menawarkan kerjasama antara peneliti Indonesia dan peneliti negara lain dari lembaga terkemuka di dunia. Dari kolaborasi yang kuat melalui aliansi strategis, inovasi – inovasi baru diharapkan meningkat yang mengarah pada meningkatnya reputasi negara dan sistem tata kelola yang baik untuk produk bioteknologi. Tata kelola yang baik untuk bioteknologi, akan membawa kepercayaan khusus dari pemangku kepentingan dan menjadikan aliansi pemangku kepentingan sebagai mitra yang dapat dipercaya dan pusat pengetahuan untuk teknologi yang akan datang. Strategi yang kuat diharapkan dapat membawa lingkungan yang positif untuk teknologi adopsi teknologi pengeditan genom dan mencapai hasil di atas rata-rata dibandingkan dengan proses adopsi negara lain. Adopsi teknologi dan kebutuhan lingkungan peraturan yang dinamis diperlukan untuk memiliki praktik pertanian berkelanjutan di Indonesia.