digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Cover Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 1 Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 2 Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 3 Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 4 Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 5 Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 6 Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi


Lampiran Primadian 12016014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunungapi aktif di Indonesia yang terbentuk dari subduksi antara lempeng samudera Hindia-Australia di selatan dengan lempeng Eurasia di utara. Gunung Tangkuban Parahu ini telah mengalami banyak erupsi dan yang tercatat sejak 1829 dan erupsi terakhirnya pada 2019 pada bulan Juli. Erupsi Tangkuban Parahu pada tahun 2019 dengan VEI 1 menghasilkan kepulan asap tebal setinggi 100-200 m dari atas puncaknya. Salah satu produk yang dihasilkan dari erupsi ini adalah akumulasi jatuhan tefra yang tentu saja berdampak bagi daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahaya dari akumulasi jatuhan tefra pada erupsi Gunung Tangkuban Parahu 2019, dan untuk mengetahuinya, dilakukan dengan menggabungkan studi literatur, pengamatan geologi, dan pemodelan tefra menggunakan TephraProb dan TEPHRA2. Pemodelan ini kemudian menghasilkan data arah angin ke arah barat yang menunjukkan arah penyebaran tefranya, peta probabilistik, peta isopach, dan hazard curve. Probabilitas jatuhan tefra yang dihasilkan dari hazard curve dan peta probabilitas menujukkan di daerah Ciater 1,5% setebal 0,2 mm, Orchid Forest 2% setebal 0,3 mm, dan Lembang Park & Zoo 0,04% setebal 0,1 mm. Penilaian bahaya yang teridentifikasi adalah tidak adanya kerusakan, tetapi adanya gangguan panen, hingga menurunya produktivitas perkebunan kurang dari 50%.