Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunungapi aktif di Indonesia yang terbentuk
dari subduksi antara lempeng samudera Hindia-Australia di selatan dengan lempeng Eurasia
di utara. Gunung Tangkuban Parahu ini telah mengalami banyak erupsi dan yang tercatat
sejak 1829 dan erupsi terakhirnya pada 2019 pada bulan Juli. Erupsi Tangkuban Parahu pada
tahun 2019 dengan VEI 1 menghasilkan kepulan asap tebal setinggi 100-200 m dari atas
puncaknya. Salah satu produk yang dihasilkan dari erupsi ini adalah akumulasi jatuhan tefra
yang tentu saja berdampak bagi daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bahaya dari akumulasi jatuhan tefra pada erupsi Gunung Tangkuban Parahu 2019, dan untuk
mengetahuinya, dilakukan dengan menggabungkan studi literatur, pengamatan geologi, dan
pemodelan tefra menggunakan TephraProb dan TEPHRA2. Pemodelan ini kemudian
menghasilkan data arah angin ke arah barat yang menunjukkan arah penyebaran tefranya,
peta probabilistik, peta isopach, dan hazard curve. Probabilitas jatuhan tefra yang dihasilkan
dari hazard curve dan peta probabilitas menujukkan di daerah Ciater 1,5% setebal 0,2 mm,
Orchid Forest 2% setebal 0,3 mm, dan Lembang Park & Zoo 0,04% setebal 0,1 mm.
Penilaian bahaya yang teridentifikasi adalah tidak adanya kerusakan, tetapi adanya gangguan
panen, hingga menurunya produktivitas perkebunan kurang dari 50%.