ABSTRAK Mark Asisiansion Ritonga
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Mark Asisiansion Ritonga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Mark Asisiansion Ritonga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Mark Asisiansion Ritonga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Mark Asisiansion Ritonga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Mark Asisiansion Ritonga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Mark Asisiansion Ritonga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Industri baterai merupakan sektor yang sedang berkembang pesat pada beberapa
tahun terakhir akibat pertumbuhan permintaan kendaraaan listrik global yang
signifikan. Nikel sulfat heksahidrat (NiSO4.6H2O) merupakan salah satu bahan
baku utama katoda baterai litium yang sering digunakan untuk kendaraan listrik
saat ini. Untuk menjawab peningkatan kebutuhan akan nikel (Ni) yang meningkat
di masa depan, feronikel (FeNi) dan nikel pig iron (NPI) yang kapasitas produksinya
sangat besar di Indonesia dapat menjadi salah satu sumber bahan baku untuk
memproduksi nikel sulfat. Fokus dari penelitian ini adalah pada pemurnian Ni dari
larutan hasil pelindian FeNi setelah pengendapan besi (Fe) sebagai besi fosfat untuk
memisahkan nikel dari logam-logam pengotor yang masih tersisa, yaitu Fe, Co, Mn,
dan Cr.
Serangkaian percobaan pemurnian larutan artifisial yang mensimulasikan hasil
pelindian FeNi dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum proses pemurnian
dengan metode pengendapan selektif dan ekstraksi pelarut (solvent extraction, SX).
Percobaan diawali dengan analisis komposisi sampel FeNi yang menjadi basis
dalam penentuan komposisi larutan artifisial dalam penelitian ini dengan persentase
pelarutan logam tertentu yang ditetapkan berdasarkan penelitian sebelumnya.
Larutan artifisial kemudian dilakukan proses pengendapan Fe dan Cr. Komposisi
filtrat yang dihasilkan dari kondisi pengendapan optimum kemudian digunakan
sebagai sampel percobaan SX dengan ekstraktan bis(2,4,4-trimethylpentyl)
phospinic acid (Cyanex 272). Percobaan SX dengan Cyanex 272 dilakukan dengan
memvariasikan pH kesetimbangan, konsentrasi ekstraktan, dan rasio O/A. Rafinat
yang diperoleh pada kondisi SX optimum kemudian dilakukan proses SX
selanjutnya dengan ekstraktan neodecanoic acid (Versatic 10) untuk memisahkan
Ni dari ion monovalen. Loaded organic dari tahap ini kemudian melalui tahapan
stripping untuk mendapatkan loaded stripped solution yang dikristalisasi lebih
lanjut untuk memperoleh kristal nikel sulfat.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum pengendapan selektif Fe dan Cr
diperoleh pada pH 4,4. Pada pH tersebut pengendapan Fe dan Cr masing-masing
sebesar 97,85% dan 100%. Sementara ko-presipitasi Ni, Co, Mn masing-masing
26,83%, 55,87%, dan 46,51%. Kondisi optimum untuk SX Cyanex 272 tercapai
pada pH kesetimbangan 4,5, konsentrasi ekstraktan 20%, dan rasio O/A = 1 dengan
temperatur 40 ÂșC. Ekstraksi logam masing-masing mencapai 100% Fe, 99,48% Co
dan 98,86% Mn, sementara ko-ekstraksi Ni sebesar 9,95%. Ekstraksi Ni oleh
Versatic 10 untuk rafinat kaya Ni dapat mencapai 99,31% dan 99,82% Ni-nya dapat
dilakukan stripping. Produk kristal nikel sulfat yang diperoleh menunjukkan kadar
Ni sebesar 22,28% yang memenuhi kemurnian untuk bahan baku baterai ion litium.