digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Afifah Mufiidah
PUBLIC Alice Diniarti

Cacat tulang (bone defect) merupakan kerusakan atau abnormalitas jaringan tulang yang menyebabkan penurunan atau kehilangan fungsi tulang. Rekayasa jaringan menjadi strategi baru untuk memperbaiki jaringan tulang yang rusak melalui terapi berbasis sel yang melibatkan kombinasi antara sumber sel, material scaffold, dan faktor bioaktif. Scaffold merupakan material yang telah direkayasa agar memiliki permukaan yang interaktif dan bersifat biokompatibel untuk mendukung perlekatan dan pertumbuhan sel. Penelitian ini berfokus untuk mengoptimasi pembuatan scaffold 3D berpori yang biokompatibel bagi sel Human Wharton’s Jelly Mesenchymal Stem Cell (HWJ-MSC). Scaffold dibuat melalui metode salt leaching dengan bahan polycaprolactone (PCL) dikombinasikan dengan biosilika yang diekstraksi dari spons laut (Spheciospongia vagabunda) melalui kalsinasi pada suhu 600°C. Konsentrasi PCL dan kristal NaCl sebagai porogen yang digunakan akan menentukan porositas dan interkoneksi pada scaffold sehingga dilakukan optimasi penggunaan PCL konsentrasi 5% dan 10% yang dilarutkan dalam kloroform serta penambahan NaCl berkuran 250-400 ?m konsentrasi 25%, 50%, dan 75%. Variasi scaffold yang dibuat meliputi PCL tanpa penambahan biosilika dan PCL dengan penambahan biosilika (PCL+BS) konsentrasi 20%, 30%, 50%. Setiap variasi scaffold ditanam sel HWJ-MSC pasase 8. Morfologi sel pada scaffold diamati menggunakan SEM setelah hari ke-3. Dilakukan uji MTT untuk menentukan proliferasi sel HWJ-MSC pada scaffold pada hari ke-1, 3, 5, 7. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa scaffold 3D yang dibuat dengan PCL 10% dengan penambahan NaCl 75% menghasilkan porositas dan interkoneksi yang lebih optimal dengan banyaknya pori yang lebih tersebar merata pada scaffold karena pengaruh viskositas larutan yang tinggi. Sel HWJ-MSC yang ditanam pada scaffold PCL berbentuk bulat tanpa juluran sitoplasma, tetapi tampak lebih spreading pada scaffold PCL+BS. Hasil MTT yang menunjukkan proliferasi sel HWJ-MSC pada scaffold PCL+BS mengalami peningkatan pada hari ke-1, 3, 5, dan 7 dibandingkan pada scaffold PCL yang mengalami penurunan karena kondisi permukaan scaffold PCL yang lebih hidrofobik sehingga kurang favorable bagi sel. Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa scaffold 3D berbahan PCL kombinasi biosilika spons laut (Spheciospongia vagabunda) bersifat biokompatibel, dimana penambahan biosilika meningkatkan biokompatibilitas scaffold PCL dengan menyediakan permukaan yang lebih interaktif bagi perlekatan dan proliferasi sel hWJ-MSC.