Perubahan iklim dan pemanasan global merupakan penyebab kepunahan tercepat,
i.e. melalui penggeseran bahkan pengurangan distribusi habitat organisme.
Sayangnya, informasi terkait dampaknya pada pola distribusi satwa, khususnya di
Paparan Sunda, masih terbatas. Untuk itulah dilakukan penelitian ini yang bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan iklim pada pola distribusi
spatiotemporal satwa di Paparan Sunda, khususnya celurut (Crocidura Wagler,
1832), yang merupakan kelompok organisme yang ideal digunakan dalam
pemodelan Biogeografi. Pemodelan distribusi Crocidura spp. secara umum
dilakukan menggunakan pendekatan maximum entropy (MaxEnt 3.4.4) dengan
input berupa informasi perjumpaan enam belas spesies Crocidura spp. di Paparan
Sunda, faktor bioklimatik, elevasi, dan tutupan lahan; sesuai dengan spesifikasi
software dan karakteristik organisme yang digunakan. Pemodelan distribusi
dilakukan untuk masa: (1) kontemporer; (2) setelah Last Glacial Maximum (LGM)
hingga Mid-Holocene); serta (3) proyeksi tahun 2060, 2080 dan 2100 di bawah
skenario klimatik Shared Socioeconomic Pathway (SSP) 1-2.6 (perubahan
minimum), SSP2-4.5 (perubahan menengah), dan SSP5-8.5 (perubahan
maksimum). Model kemudian dievaluasi dalam dua tahap, yaitu: (1) penerapan
nilai ambang 0,75 untuk Area Under ROC (Receiver Operating Characteristic
curve) curve [AUC]; yang dilanjutkan dengan (2) ground check. Tahap kedua
dilakukan melalui pemasangan Shearman, Victor, dan pitfall traps berjumlah 55
buah selama tiga hari di setiap area yang dipilih sesuai hasil evaluasi tahap pertama.
Rentang AUC dari model yang dihasilkan berkisar antara 0,838-0,999 (baik hingga
sangat baik). Pada mayoritas spesies, variabel lingkungan yang paling berpengaruh
???????????????????????????? ???????????????????????????????????????????? ???????????????????????????????? ???????????????????? Crocidura vosmaeri dan C. hutanis yang lebih
????????????????????????????????????????????????????????????????????????mean diurnal range????????????Untuk itulah ground check dilakukan di
tiga kawasan yang merepresentasikan perbedaan elevasi (Gunung Papandayan,
Gunung Sawal, dan Leuweung Sancang) dengan hasil didapatnya sebelas spesimen
dari empat spesies dan jumlah spesimen celurut semakin menurun seiring
berkurangnya elevasi. Berdasarkan pemodelan masa lalu, diduga Crocidura spp.
Paparan Sunda masuk dari daratan utama Asia melalui dataran rendah
Semenanjung Malaka yang menyebar ke area insular pada waktu terbentuknya land
bridge berupa sabana, yang kemudian mengalami spesiasi secara alopatrik atau
simpatrik Secara umum, dinamika pola distribusi masa lalu tidak sesuai dengan
hipotesis dampak iklim dan kenaikan muka air laut, kecuali untuk C. vosmaeri yang
terisolasi di area insular Zaman Pleistosen sehingga hidup di dataran rendah, kurang
adaptif pada peruabahan suhu dan memiliki preferensi habitat berupa sabana. Tren
yang serupa terlihat pada hasil pemodelan masa depan yang juga sensitif terhadap
karakteristik spesies, yang kemudian dapat dikategorikan ke dalam skenario: (1)
kepunahan; (2) fluktuasi habitat; serta (3) kenaikan populasi yang diikuti laju yang
konstan. Secara umum perubahan yang lebih besar nampak pada skenario dampak
yang besar pula (SSP2-4.5 dan SSP5-8.5). Secara umum, penelitian ini bahwa secara umum (perubahan0 "iklim" bukanlah faktor penentu utama dalam membentuk pola distribusi spatiotemporal Crocidura spp. di Paparan Sunda.
Namun, mitigasi dampak perubahan iklim tetap penting dilakukan karena faktor
iklim tetap dapat memberikan pengaruh yang menentukan kelestarian kelompok
organisme ini di masa depan, khususnya ketika berinteraksi dengan faktor biologiss
intrinsik dan ekstrinsik organisme.