digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maha Yudha Samawi
PUBLIC Alice Diniarti

Perubahan iklim dan pemanasan global merupakan penyebab kepunahan tercepat, i.e. melalui penggeseran bahkan pengurangan distribusi habitat organisme. Sayangnya, informasi terkait dampaknya pada pola distribusi satwa, khususnya di Paparan Sunda, masih terbatas. Untuk itulah dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan iklim pada pola distribusi spatiotemporal satwa di Paparan Sunda, khususnya celurut (Crocidura Wagler, 1832), yang merupakan kelompok organisme yang ideal digunakan dalam pemodelan Biogeografi. Pemodelan distribusi Crocidura spp. secara umum dilakukan menggunakan pendekatan maximum entropy (MaxEnt 3.4.4) dengan input berupa informasi perjumpaan enam belas spesies Crocidura spp. di Paparan Sunda, faktor bioklimatik, elevasi, dan tutupan lahan; sesuai dengan spesifikasi software dan karakteristik organisme yang digunakan. Pemodelan distribusi dilakukan untuk masa: (1) kontemporer; (2) setelah Last Glacial Maximum (LGM) hingga Mid-Holocene); serta (3) proyeksi tahun 2060, 2080 dan 2100 di bawah skenario klimatik Shared Socioeconomic Pathway (SSP) 1-2.6 (perubahan minimum), SSP2-4.5 (perubahan menengah), dan SSP5-8.5 (perubahan maksimum). Model kemudian dievaluasi dalam dua tahap, yaitu: (1) penerapan nilai ambang 0,75 untuk Area Under ROC (Receiver Operating Characteristic curve) curve [AUC]; yang dilanjutkan dengan (2) ground check. Tahap kedua dilakukan melalui pemasangan Shearman, Victor, dan pitfall traps berjumlah 55 buah selama tiga hari di setiap area yang dipilih sesuai hasil evaluasi tahap pertama. Rentang AUC dari model yang dihasilkan berkisar antara 0,838-0,999 (baik hingga sangat baik). Pada mayoritas spesies, variabel lingkungan yang paling berpengaruh ???????????????????????????? ???????????????????????????????????????????? ???????????????????????????????? ???????????????????? Crocidura vosmaeri dan C. hutanis yang lebih ????????????????????????????????????????????????????????????????????????mean diurnal range????????????Untuk itulah ground check dilakukan di tiga kawasan yang merepresentasikan perbedaan elevasi (Gunung Papandayan, Gunung Sawal, dan Leuweung Sancang) dengan hasil didapatnya sebelas spesimen dari empat spesies dan jumlah spesimen celurut semakin menurun seiring berkurangnya elevasi. Berdasarkan pemodelan masa lalu, diduga Crocidura spp. Paparan Sunda masuk dari daratan utama Asia melalui dataran rendah Semenanjung Malaka yang menyebar ke area insular pada waktu terbentuknya land bridge berupa sabana, yang kemudian mengalami spesiasi secara alopatrik atau simpatrik Secara umum, dinamika pola distribusi masa lalu tidak sesuai dengan hipotesis dampak iklim dan kenaikan muka air laut, kecuali untuk C. vosmaeri yang terisolasi di area insular Zaman Pleistosen sehingga hidup di dataran rendah, kurang adaptif pada peruabahan suhu dan memiliki preferensi habitat berupa sabana. Tren yang serupa terlihat pada hasil pemodelan masa depan yang juga sensitif terhadap karakteristik spesies, yang kemudian dapat dikategorikan ke dalam skenario: (1) kepunahan; (2) fluktuasi habitat; serta (3) kenaikan populasi yang diikuti laju yang konstan. Secara umum perubahan yang lebih besar nampak pada skenario dampak yang besar pula (SSP2-4.5 dan SSP5-8.5). Secara umum, penelitian ini bahwa secara umum (perubahan0 "iklim" bukanlah faktor penentu utama dalam membentuk pola distribusi spatiotemporal Crocidura spp. di Paparan Sunda. Namun, mitigasi dampak perubahan iklim tetap penting dilakukan karena faktor iklim tetap dapat memberikan pengaruh yang menentukan kelestarian kelompok organisme ini di masa depan, khususnya ketika berinteraksi dengan faktor biologiss intrinsik dan ekstrinsik organisme.