Penyakit kuning pada tanaman sayuran disebabkan oleh Begomovirus dengan serangga vektor
Bemisia tabaci dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Gejala khas penyakit
berupa daun menguning banyak ditemukan pada pertanaman sayuran dengan tingkat insidensi
mencapai 100%. Pengendalian penyakit kuning pada tanaman sayuran masih menjadi
tantangan, terutama dalam memahami patosistem penyakit kuning secara menyeluruh sebagai
dasar dalam menyusun strategi pengendalian. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan
survei pada kasus insidensi penyakit kuning di sentra sayuran Pulau Jawa dan Sumatra,
melakukan karakterisasi keragaman Begomovirus yang berada pada serangga vektor B. tabaci
dengan pendekatan genomik, konfirmasi spesies Begomovirus dominan menggunakan primer
spesifik, dan identifikasi keragaman B. tabaci pada lokasi survei. Metode penelitian meliputi
survei variasi gejala serta tingkat insidensi penyakit dengan parameter pengamatan kondisi
lahan, deskripsi gejala dan perhitungan insidensi penyakit. Karakterisasi genus Begomovirus
dari serangga vektor dilakukan menggunakan Mate Pair Sequencing Illumina®, analisis
keragaman B.tabaci menggunakan marka mtCOI (mitochondrial cytochrome oxidase subunit
I gene) dan identifikasi Begomovirus pada B. tabaci dengan amplifikasi gen selubung protein
menggunakan primer-spesifik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 57 lahan pertanaman sayuran yang terdiri dari 21
lahan pertanaman cabai, 11 lahan pertanaman tomat dan 25 lahan pertanaman terung yang
diamati di Jawa Barat (Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya; Jawa Tengah (Semarang,
Temanggung, Wonosobo, Magelang); Jawa Timur (Jombang, Kediri, Kota Batu, Malang,
Lumajang, Probolinggo); Sumatra Barat (Kota Padang Panjang, Agam, Tanah Datar); Jambi
(Muaro Jambi, Bungo, Merangin); Sumatera Utara (Deli Serdang, Binjai Selatan, Karo,
Pematang siantar, Simalungun), terdapat variasi gejala penyakit kuning. Gejala yang
ditemukan antara lain pemucatan tulang daun dan penebalan tulang daun, mosaik, tepi daun
melengkung keatas, malformasi daun, daun kuning dan keriting, daun mengecil berwarna
kuning cerah dan tanaman kerdil. Gejala khas penyakit kuning pada cabai dan terung adalah
daun kuning cerah, tanaman tomat adalah daun mosaik ringan disertai tepi daun melengkung
keatas. Pengamatan karaktristik gejala pada hamparan pertanaman sayuran menunjukkan bahwa gejala menguning pada tanaman cabai dan terung terlihat dengan jelas dibandingkan
gejala pada pertanaman tomat. Hal ini akan memudahkan dalam pelaksanaan monitoring
penyakit secara konvensional. Tingkat insidensi penyakit kuning di Jawa dan Sumatra pada
tanaman cabai, tomat dan terung bervariasi berkisar antara 5-100%. Insidensi penyakit 100%
umumnya ditandai dengan daun mengecil dan berwarna kuning pada tanaman cabai atau terung
di lahan pertanaman sayuran. Informasi gejala khas penyakit kuning akibat Begomovirus dapat
menunjang pelaksanaan pengelolaan penyakit tanaman sebagai deteksi awal dalam
mengeliminasi penyebab penyakit tanaman.
Keragaman Begomovirus melalui pendekatan genomik Next Generation Sequencing (NGS)
dengan teknologi Mate Pair Sequencing Illumina® dan menggunakan analisis bioinformatika
de novo berhasil mendeteksi 2 contig DNA A dan DNA B Tomato yellow leaf curl
Kanchanabury virus (TYLCKaV), 28 contig Biotipe B, tabaci yaitu Meam 1 (Biotipe B),
Sebanyak 376 contigs lainnya adalah virus lain, yaitu Unidentified Cotton leaf curl Rajasthan
virus-associated DNA clone pNDM1.5 partial sequence. Analisis bioinformatika
menggunakan pendekatan reference-based assembly menghasilkan 2 contig TYLKaV (DNA
A dan B) dan Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PYLCIV). Pendekatan berdasarkan
penelitian ini dapat menjadi dasar dalam sistem pemantauan molekuler penyakit tanaman,
khususnya yang penularannya melalui serangga vektor. Hal ini dikarenakan NGS dapat
mendeteksi jenis spesies Begomovirus dan Biotipe B tabaci yang diduga dominan serta dapat
mendeteksi species baru yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Konfirmasi dan validasi hasil NGS menggunakan analisis keragaman genetik B. tabaci dengan
target gen mitokondria mtCOI yang direkontruksi dengan membuat pohon filogenetik
Neighbour-Joining menghasilkan 32 sekuen yang semuanya termasuk klade Biotipe Non B,
hasil analisis tersebut berbeda dengan hasil NGS yaitu Biotipe Meam 1, namun demikian dalam
klade Non B terdapat 1 biotipe MEAM 1 asal Indonesia dan Biotipe Asia 1 asal korea. Hal ini
dapat digunakan untuk menunjang hasil penelitian ini. Identifikasi Begomovirus pada B tabaci
dengan primer spesifik berhasil mendeteksi TYLCKaV dan PYLCV sebagai virus yang banyak
ditemukan di Jawa dan Sumatra, dan TYLCKaV sebagai Begomovirus dominan. Pada
penelitian ini pendekatan genomik tidak hanya sebagai metode deteksi untuk identifikasi dan
keragaman namun memberikan implikasi terhadap sistem pemantauan molekuler yang dapat
mendukung strategi pengendalian penyakit kuning.