Tutupan dan tata guna lahan (Land Use and Land Cover atau LULC) dapat
berdampak pada kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Akan tetapi, saat ini
sistem pemantauan kualitas udara di Kabupaten Bandung masih terbatas. Penelitian
ini menguji hubungan antara kondisi LULC, aerosol optical depth (AOD) sebagai
indikator kualitas udara, dan kasus penyakit pernapasan di tiga kecamatan:
Margaasih, Dayeuhkolot, dan Ciparay. Data sekunder yang dikumpulkan, yaitu
LULC dari Landsat 8 Level 2, AOD dari MODIS Terra dan Aqua Level 2, serta
kasus penyakit pernapasan dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang
tersedia. Analisis statistik mengungkapkan bahwa Margaasih memiliki persentase
lahan perkotaan yang tinggi, Dayeuhkolot memiliki kehadiran industri yang
signifikan, dan Ciparay memiliki lahan pertanian basah yang luas. Penelitian ini
menunjukkan bahwa Margaasih, Dayeuhkolot, dan Ciparay memiliki nilai AOD
regional masing-masing sebesar 0,27; 0,26; dan 0,24. Antara tahun 2017-2022,
AOD mencapai nilai rata-rata tertinggi pada tahun 2022. Distribusi spasial AOD
menunjukkan pengaruh jenis penggunaan lahan pada tingkat AOD regional, dengan
wilayah perkotaan berkontribusi pada nilai AOD yang lebih tinggi di Margaasih
dan Ciparay, dan area industri di Dayeuhkolot. Korelasi antara penyakit pernapasan
dan AOD berbeda untuk masing-masing jenis penyakit. Hubungan antara kejadian
asma di Puskesmas Pakutandang Ciparay dengan AOD di Ciparay ditemukan
dengan nilai korelasi yang sangat kuat (r = 0,85). Dengan menggunakan AOD
sebagai indikator, penelitian ini meningkatkan pemahaman tentang dinamika polusi
udara di berbagai LULC dan dampaknya pada kesehatan masyarakat. Penelitian
lebih lanjut dan pemantauan berkelanjutan diperlukan untuk memperdalam
pemahaman dan mengembangkan strategi yang efektif untuk meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan di Kabupaten Bandung