digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ahmad Sholeh Sianturi
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Perubahan iklim dapat menjadi penyebab meningkatnya bencana. Salah satu bencana yang dapat disebabkan oleh perubahan iklim adalah bencana hidrometeorologi yaitu seperti banjir. Banjir di perkotaan menyebabkan kerugian yang cukup besar karena mengganggu mobilitas dan dapat merusak fasilitas kota. Oleh karena itu dibutuhkan suatu langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak yang akan terjadi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang akan terjadi akibat dari bencana ini di masa depan. Pada penelitian ini akan menggunakan data observasi dari Stasiun Geofisika Bandung, luaran data model iklim CORDEX-SEA, dan data tutupan lahan serta jenis tanah sebagai parameter untuk model hidrologi. Selain itu juga ada data dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) yang digunakan untuk melakukan kalibrasi. Wilayah kajian yang meliputi Pasteur hingga Pagarsih termasuk pada kategori catchment kecil. Data tersebut diolah menggunakan koreksi bias (metode basic quantile) dan tanpa koreksi bias (metode rasio periode ulang) sebagai representatif curah hujan di masa depan. Selanjutnya data yang telah diolah tersebut digunakan untuk membangun periode ulang dengan distribusi Gumbel. Inputan data periode ulang ini digunakan pada simulasi hidrologi (GSSHA) untuk menggambarkan kondisi hidrologi di masa depan. Hasil dari luaran data model iklim yang telah diolah dengan kedua metode yaitu koreksi bias dan tanpa koreksi bias, digunakan untuk menghasilkan periode ulang dengan distribusi Gumbel. Periode ulang dari masing-masing metode menunjukkan adanya peningkatan rasio curah hujan. Periode ulang dua tahun pada data observasi menjadi acuan pada penelitian ini, untuk menunjukkan adanya perubahan dimasa depan. Nilai curah hujan yang dihasilkan mendekati rata-rata nilai curah hujan penyebab banjir pada kejadian masa lalu. Selain itu, dalam simulasi hidrologi juga menunjukkan adanya peningkatan rasio debit air dan tinggi muka air di daerah kajian, yaitu kawasan Pasteur-Pagarsih di Bandung, Jawa Barat.