Terjadinya perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan
mempengaruhi keberadaan atau kelangsungan makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Makhluk hidup pada di lingkungan sungai selalu bergantung antara satu
dengan yang lain. Salah satu makhluk yang terdampak tersebut adalah capung.
Ekosistem capung yang berada di lingkungan air sungai menjadi terganggu dengan
adanya pencemaran limbah sungai. Kini eksistensi capung yang menjadi penanda
adanya lingkungan air bersih (bioindikator) semakin hilang dari habitatnya. Selain
itu capung berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun
dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk
serangga hama tanaman padi.
Hal ini yang melatarbelakangi penciptaan karya seni instalasi. Fokus ide penciptaan
penulis kali ini berfokus pada eksplorasi hidup capung hingga membawanya
distopia bencana ekologi hewan capung. Tujuan dari penciptaan karya ini
mengingatkan bahwa pentingnya memahami kelestarian alam sebagai pijakan untuk
membangun kehidupan dengan alam yang lebih baik. Manfaat dari penciptaan karya
ini diharapkan mampu membuka kesadaran masyarakat untuk belajar dan
memperluas pengetahuan tentang seni Filled-Space Installation dan ekologi.
Metode yang digunakan dalam penciptaan ini didasarkan pada penelitian dan
praktik yang dilakukan oleh Malins, Ure, dan Gray. Penciptaan ini melibatkan tiga
tahapan: eksplorasi, eksperimen, dan evaluasi. Melalui tahapan-tahapan tersebut,
berhasil diciptakan sebuah karya seni instalasi yang berjudul “Mutasi Korosi”
dengan bentuk visual yang terdiri dari delapan capung yang digantung, plastik cor
yang mengalami proses korosi, serta seratus sayap capung yang terkorosi.