digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Terjadinya perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan mempengaruhi keberadaan atau kelangsungan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Makhluk hidup pada di lingkungan sungai selalu bergantung antara satu dengan yang lain. Salah satu makhluk yang terdampak tersebut adalah capung. Ekosistem capung yang berada di lingkungan air sungai menjadi terganggu dengan adanya pencemaran limbah sungai. Kini eksistensi capung yang menjadi penanda adanya lingkungan air bersih (bioindikator) semakin hilang dari habitatnya. Selain itu capung berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi. Hal ini yang melatarbelakangi penciptaan karya seni instalasi. Fokus ide penciptaan penulis kali ini berfokus pada eksplorasi hidup capung hingga membawanya distopia bencana ekologi hewan capung. Tujuan dari penciptaan karya ini mengingatkan bahwa pentingnya memahami kelestarian alam sebagai pijakan untuk membangun kehidupan dengan alam yang lebih baik. Manfaat dari penciptaan karya ini diharapkan mampu membuka kesadaran masyarakat untuk belajar dan memperluas pengetahuan tentang seni Filled-Space Installation dan ekologi. Metode yang digunakan dalam penciptaan ini didasarkan pada penelitian dan praktik yang dilakukan oleh Malins, Ure, dan Gray. Penciptaan ini melibatkan tiga tahapan: eksplorasi, eksperimen, dan evaluasi. Melalui tahapan-tahapan tersebut, berhasil diciptakan sebuah karya seni instalasi yang berjudul “Mutasi Korosi” dengan bentuk visual yang terdiri dari delapan capung yang digantung, plastik cor yang mengalami proses korosi, serta seratus sayap capung yang terkorosi.