digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800








2023_TS_PP_GUSTI_GILANG_RAMADHAN_DAFUS.pdf
EMBARGO  2026-07-20 

2023_TS_PP_GUSTI_GILANG_RAMADHAN_LAMPIRAN.pdf
EMBARGO  2026-07-20 

Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sikap pengambilan risiko terhadap kesejahteraan individu di Indonesia. Kondisi kesejahteraan individu di Indonesia masih perlu beberapa perhatian termasuk pada beberapa aspek seperti kesehatan, dimana walaupun program kesehatan yang tersedia sudah cukup baik, namun masih banyak individu yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, tingkat kematian bayi dan ibu masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, dimana menurut world bank sebanyak 11,7 kematian bayi per 1.000 kelahiran. Pada bidang pendidikan, masih banyak individu di Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang layak dan berkualitas. Terkait dengan kemiskinan, masih banyak individu di Indonesia yang hidup di bawah garis (26,16 juta orang per Maret 2022 menurut data BPS) dan kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan masih cukup besar. Sikap pengambilan risiko (sebagai fakor psikologis dan perilaku ekonomi) berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan serta pilihan yang diambil oleh individu termasuk kesejahteraan individu. Pemberdayaan manusia sebagai bagian dari konsep pembangunan yang endogen menekankan pentingnya meningkatkan kemampuan individu dan masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam proses pembangunan. Ketika individu memiliki sikap pengambilan risiko yang sehat dan berani, mereka cenderung lebih mampu menghadapi tantangan dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Sikap ini dapat mendorong partisipasi aktif dalam l aq211e37u6i8 kegiatan ekonomi, sosial, dan politik. Penelitian ini menggunakan kumpulan data dari Indonesia family life survey (IFLS) gelombang kelima dengan pengamatan terhadap 22.333 individu berusia 15 tahun ke atas dengan sikap pengambilan risiko sebagai variabel independen. Total konsumsi yang dibandingkan dengan garis kemiskinan, perbandingan konsumsi makanan dan non-makanan, kesesuaian tingkat pendidikan dengan usia, riwayat diagnosis penyakit kronis, dan kecenderungan depresi digunakan sebagai variabel dependen. Untuk analisis, kami menggunakan regresi eprobit sebagai upaya untuk mengatasi masalah endogenitas dengan menggunakan variabel instrumental, setelah terlebih dahulu membandingkan hasil dari regresi probit, ivprobit dan eprobit . Hasil koefisien regresi menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara sikap pengambilan risiko dan kesejahteraan individu pada dimensi standar hidup material, pendidikan, dan kesehatan. Individu laki-laki, berpendidian lebih tinggi, dan berlokasi di daerah urban meningkatkan kemungkinan untuk lebih berani dalam mengambil risiko. Individu juga cenderung menyikapi potensi keuntungan dan kerugian dengan cara yang berbeda. Berdasarkan temuan penelitian, kami merekomendasikan intervensi kebijakan untuk membangun budaya risiko dan berperan sebagai katalisator dalam mendorong penerapan manajemen risiko individu.