COVER Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC  BAB 1 Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 2 Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 3 Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 4 Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 5 Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza PUSTAKA Bayu Aji Prasetyo
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza
Industri petrokimia merupakan salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi nasional karena mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan devisa negara, serta memberikan kontribusi besar dalam pembentukan daya saing nasional. PT TPPI didirikan pada tanggal 21 November 1995. TPPI memproduksi produk industri, yang meliputi penyulingan minyak bumi, industri kimia, barang kimia, dan perdagangan grosir khusus lainnya. Ada dua proyek pengembangan bisnis yang saat ini dijalankan di PT TPPI. Pertama, Proyek Revamping Aromatic yang akan meningkatkan produksi petrokimia dalam bentuk paraxylene dari 600 ribu ton menjadi 780 ribu ton per tahun ditargetkan selesai pada 2023. Kedua, Proyek New Olefin yang dipimpin Induk Perusahaan, meliputi pembangunan naphtha cracker, termasuk unit hilir dengan produk polyethylene (PE) sebanyak 1 juta ton per tahun dan produk polypropylene (PP) sebanyak 600 ribu ton per tahun, yang ditargetkan selesai pada tahun 2024 hingga 2026. Continuous Improvement Program (CIP) memungkinkan TPPI untuk terus berekspansi dan berinovasi. Program ini diluncurkan pada tahun 2021 dengan tujuan untuk memperbaiki dan membangun program melalui kegiatan evaluasi yang nantinya akan memberikan solusi. Namun, jumlah tim atau karyawan yang terlibat dalam kegiatan CIP terus menurun. Peneliti menyadari pentingnya penerapan KM di TPPI karena akan merangsang inovasi dan pertumbuhan. Sayangnya, TPPI tidak memiliki departemen atau badan pengawas yang secara tegas menyelenggarakan KM. Meskipun TPPI tidak secara tegas menugaskan atau melaksanakan KM, namun telah mengadopsi prinsip-prinsip KM, salah satu contohnya adalah penerapan CIP. Isu dan alasan tersebut menjadi dorongan utama bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang tingkat kesiapan knowledge management di TPPI. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif dan kualitatif. Analisa kuantitatif meliputi pengukuran tingkat kesiapan KM menggunakan kerangka APO dan penentuan urutan prioritas menggunakan metode AHP. Pengumpulan data untuk analisis kuantitatif akan dilakukan dengan menggunakan metode survey pengambilan sampel acak dengan asumsi tingkat kepercayaan 90% dan eror 10%. Dua skor terendah dipilih sebagai kesenjangan yang paling mendesak untuk dikurangi dalam analisa kualitatif. Pengumpulan data untuk analisa kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan wawancara semi-terstruktur untuk mengeksplorasi OFI sebagai solusi bisnis dan rencana implementasi. Finalisasi solusi bisnis dan rencana implementasi diperoleh melalui analisa kombinasi OFI dan metode serta alat KM berdasarkan kerangka kerja APO. Tingkat kesiapan KM berada di posisi 131 yang berkategori “Pengenalan (Perluasan)” dengan keterlibatan 16,67% dari total pegawai TPPI. Analisa urutan prioritas dicapai dengan keterlibatan 13,03% dari total pegawai TPPI, dengan hasil sebagai berikut: 1) Pembelajaran dan Inovasi; 2) Orang; 3) Proses; 4) Proses Pengetahuan; 5) Hasil KM; 6) Kepemimpinan; dan 7) Teknologi. Dua kategori KM pertama (pembelajaran & inovasi dan manusia) menjadi fokus untuk dianalisis dalam analisis kualitatif. Metode input data kualitatif diperoleh melalui wawancara naratif dan semi-terstruktur, di mana tujuh dari sepuluh wakil presiden berpartisipasi. Melalui analisis kualitatif yang merupakan gabungan dari hasil wawancara, opportunity of improvement (OFIs), serta metode dan tools KM, peneliti mampu mengembangkan 7 solusi bisnis yang ditransformasikan menjadi 15 rencana implementasi. Rencana implementasi dijadwalkan berlangsung antara Agustus 2023 sampai dengan Desember 2024. Kemungkinan peningkatan tingkat inovasi terbukti dalam hasil yang konsisten dengan hubungan sebab-akibat dari rencana implementasi yang dimulai dengan setiap solusi bisnis yang rasional dan dibuktikan dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif. Keseluruhan hasil studi ini membutuhkan banyak masukan dan jauh dari sempurna, namun dapat digunakan sebagai studi awal untuk pembentukan kerangka pengembangan KM secara eksplisit di TPPI; diawali dengan tahap persiapan implementasi KM; identifikasi konteks KM; pembangunan habitat KM; implementasi KM; dan evaluasi KM. Pada tahap ini, studi ini juga bertujuan untuk membangun budaya dimana pengetahuan dipandang sebagai sumber daya yang berharga dan strategis yang harus dikelola untuk memfasilitasi dan memastikan kelangsungan bisnis dan pengembangan TPPI yang besar dalam jangka panjang.