Proyek konstruksi merupakan proses operasional yang cukup kompleks, oleh karena itu membutuhkan banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Ketepatan waktu dan kualitas hasil menjadi tujuan kontraktor utama sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemilik. Hal ini menjadi salah satu prioritas PT Total Bangun Persada dalam melakukan proses konstruksi. Namun, pada kenyataannya perusahaan seringkali dihadapkan pada proyek yang tidak tepat waktu dan juga hasil yang tidak sesuai target. Sehingga dalam penelitian ini penulis ingin memberikan usulan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penulis melakukan penilaian situasi dengan menggunakan analisis Kepner Tregoe. Setelah dilakukan situation appraisal diketahui bahwa salah satu masalah yang menjadi penyebab keterlambatan adalah dari pekerjaan yang terus menerus, dimana jika satu pekerjaan tidak selesai, maka pekerjaan yang lain tidak dapat dimulai sehingga keseluruhan proyek menjadi terlambat. Sub kontraktor/vendor dapat menjadi salah satu faktor penyebab masalah dan sangat terkait dengan pekerjaan yang berkelanjutan. Subkontraktor juga didefinisikan sebagai pihak yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek dan bekerja di bawah pengawasan kontraktor utama atau kontraktor utama. Subkontraktor sangat penting untuk pelaksanaan proyek di sektor konstruksi. Maka dari analisis tersebut penulis menggunakan analisis keputusan sebagai rencana tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Untuk melakukan analisis keputusan sebagai rencana tindakan untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, penelitian ini akan menggunakan dua analisis utama yaitu Risk Management dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Kuesioner dan diskusi kelompok terfokus (juga dikenal sebagai FGD) adalah dua metode yang akan digunakan selama proses pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang didasarkan pada beberapa metode pengumpulan data dan analisis data. Risiko dari kriteria FGD yang baru akan dinilai untuk menentukan kriteria mana yang memerlukan perhatian. Analytical Hierarchy Process (AHP) kemudian digunakan untuk menentukan peringkat kriteria. Agar bisnis memiliki prosedur pemilihan subkontraktor atau vendor yang paling efektif, kriteria yang dipilih akan berkonsentrasi pada menemukan cara untuk menghindari solusi yang diberikan oleh organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan kriteria dengan bobot tertinggi adalah Technical Capability, Quality, Performance History, Interpersonal Relationships, HSE (Health, Safety and Environment), Resources, Technology Innovation,, Financial Capability, Quality, Current Workload, Reputation dan Position in The Industry, and Financial Capability Peringkat ini dapat digunakan perusahaan untuk memprioritaskan dalam pemilihan subkontraktor sehingga perusahaan dapat memiliki proses seleksi subkontraktor yang tepat. Nantinya kriteria tersebut akan digunakan oleh perusahaan dalam proses tender subkontraktor dan juga dapat digunakan sebagai kriteria evaluasi subkontraktor.