Gunung Tangkubanparahu yang terletak diantara Kota Bandung dan Subang
merupakan gunungapi kuarter aktif dan berada di kompleks Gunung Sunda purba.
Studi kegunungapian perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan
kesiapan akan potensi bahaya gunungapi, khususnya perkotaan yang berada di
wilayah gunungapi.
Kawah-kawah di puncak Gunung Tangkubanparahu berderet membentuk pola
barat-timur dengan umur yang semakin muda ke arah timur, sehingga terlihat
seperti perahu yang terbalik jika dilihat dari arah Bandung. Selain itu di lereng
timurlaut, terdapat kerucut-kerucut lava yang terkesan berbaris membentuk pola
baratdaya-timurlaut. Fenomena-fenomena ini diduga dikontrol oleh sesar
terpendam yang telah tertutupi oleh batuan yang berumur lebih muda.
Aktifitas gunungapi kuarter yang cenderung masih aktif ini, dapat dipelajari
berdasarkan analisis data geofisika gaya berat dan geomagnet sehingga didapat
gambaran struktur geologi bawah permukaan disekitar gunungapi.
Penelitian ini menggunakan data geofisika gaya berat, geomagnet, dan
magnetotelluric (MT) di daerah Kancah dan Ciater. Peta anomali Bouguer,
Residual, serta Horizontal Derivative dari anomali Bouguer dan Residual-nya
disusun berdasarkan data gaya berat. Peta anomali Total Magnetic Intensity dan
Reduce to Pole, disusun berdasarkan data Geomagnet.
Analisis terhadap peta-peta tersebut memperlihatkan indikasi keberadaan sesar
terpendam berarah barat-timur di daerah puncak Gunung Tangkubanparahu, dan
diduga ikut mengontrol perpindahan letusan Gunung Tangkubanparahu. Selain itu
diindikasikan keberadaan sesar terpendam berarah baratdaya-timurlaut di lereng
timurlaut Gunung Tangkubanparahu yang letaknya bersesuaian dengan lokasi
pemunculan kerucut-kerucut lava.
Dilakukan juga pemodelan gaya berat 2D pada lima lintasan dan diikat kepada
hasil pemodelan MT di Ciater. Pemodelan dilakukan menggunakan delapan
satuan batuan, yaitu: satuan batuan sedimen tersier (sebagai batuan dasar), lava
Pre-Sunda, piroklastik Pre-Sunda, lava Sunda, piroklastik Sunda, piroklastik1
Tangkubanparahu, lava Tangkubanparahu, dan piroklastik2 Tangkubanparahu.
Hasil pemodelan memberikan perkiraan kedalaman satuan batuan sedimen tersier
pada sekitar 4 – 3 km dari permukaan.