Cekungan Ombilin dikenal memiliki potensi dan prospek hidrokarbon yang cukup baik.
Dari segi sistem petroleum, daerah penelitian memiliki semua aspek sistem petroleum yang
sudah berjalan. Hal ini ditandai dengan kemunculan rembesan minyak ke permukaan.
Kondisi geologi yang rumit akibat tatanan tektonik pada Cekungan Ombilin membuat
beberapa eksplorasi terdahulu gagal dalam menemukan hidrokarbon dalam jumlah yang
ekonomis.
Metode pasif seismik merupakan pengembangan dari teknologi instrumentasi (ultra high
sensitivity broadband seismometer) untuk keperluan eksplorasi hidrokarbon. Metode ini
dapat mendeteksi sinyal akustik yang sangat lemah (micro-acoustic) dan frekuensi sangat
rendah (infrasonik). Metode ini berawal dari ditemukannya suatu fenomena menarik, yaitu
adanya sinyal mikroseismik yang terdeteksi di atas suatu reservoir hidrokarbon.
Berdasarkan penemuan tersebut, maka dikembangkan suatu teknologi untuk mendeteksi
hidrokarbon secara langsung yang dapat digunakan baik dalam eksplorasi, pengembangan
lapangan, maupun dalam pemantauan lapangan minyak dan gas.
Secara tektonostratigrafi, Cekungan Ombilin merupakan cekungan half graben yang
disusun oleh pre-rift berupa Batuan Beku dan Metamorf dari Formasi Tuhur dan Formasi
Silungkang, syn-rift berupa Formasi Sangkarewang, Formasi Brani, Formasi Sawahlunto
dan Formasi Sawahtambang, dan post-rift berupa Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.
Secara sistem petroleum, batuan induk yang baik pada Cekungan Ombilin adalah
Batulempung Formasi Sangkarewang dan Batubara Formasi Sawahlunto. Sedangkan yang
berperan sebagai reservoir adalah Formasi Sawahlunto dan Formasi Sawahtambang dengan
batuan tudung adalah Formasi Ombilin.
Kematangan batuan induk berdasarkan analisis profil Sumur Sinamar-1 mengindikasikan
bahwa batuan induk sudah mengalami puncak kematangan. Hal tersebut disebabkan karena
Sumur Sinamar-1 berada pada daerah dalaman utama Cekungan Ombilin. Kondisi
paleogeografi dari Cekungan Ombilin diperoleh dari Peta Isopah Formasi Sawahtambang -
Formasi Sangkarewang. Dari peta tersebut diperkirakan arah migrasi hidrokarbon secara
umum berarah Selatan-Tenggara yang didukung oleh kemunculan rembesan minyak pada
permukaan.
Pendekatan dengan menggunakan metode pasif seimik diperoleh hasil anomali rata-rata
Power Spectral Density yaitu 1.5631 x 10-6
dB pada area tidak berpotensi dan 2.5314 x 10-6
dB di Sumur Sinamar-1 yang mengandung hidrokarbon (22 BOPD, 13.56 MMCFD, 314
BCPD). Berdasarkan distribusi nilai anomali rata-rata, sebaran nilai Power Spectral
Density semakin besar pada arah selatan-tenggara. Pola ini menandakan bahwa potensi
hidrokarbon semakin baik ke arah Selatan-Tenggara sesuai dengan arah migrasi
hidrokarbon pada Cekungan Ombilin sesuai dengan analisis sistem petroleum.