Pteridophyta atau paku-pakuan merupakan tumbuhan berpembuluh tanpa biji ataupun bunga yang
telah ada sejak zaman kuno yakni sekitar tiga ratus juta tahun yang lalu pada zaman Carboniferous
(zaman paku-pakuan). Tumbuhan ini telah digunakan secara tradisional sebagai bahan makanan,
obat-obatan, kosmetik dan hiasan. Beberapa spesies paku-pakuan digunakan sebagai obat pereda
nyeri, namun belum banyak penelitian yang mendalami aktivitas antiinflamasi dari paku-pakuan
tersebut. Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi senyawa yang berkhasiat dalam menghambat
enzim lipoksigenase yang merupakan salah satu enzim yang terlibat pada proses inflamasi.
Lipoksigenase merupakan enzim yang berperan dalam inflamasi karena aktivitasnya dapat
menghasilkan mediator nyeri seperti leukotrien. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi senyawa penghambat lipoksigenase dari paku pakuan. Eksplorasi zat aktif
dipandu dengan aktivitas (activity guidance) dengan menggunakan metode penghambatan
lipoksigenase secara in vitro. Beberapa paku-pakuan endemik di Indonesia dikumpulkan dan
selanjutnya dikarakterisasi. Sejumlah 20 spesies yang berhasil dikoleksi dan dideterminasi
diantaranya: Selaginella sp, Histioptersi incise (Thunb.) J.Sm., Goniophlebium parsicifolium
(Desv.) Presl., Nephrolepis sp Schott., Davallia trichomoides Blume, Odontosoria chinensis (L.)
J.Smith, Dicranopteris linearis (Burn.f) Underw. Selliguea sp, Asplenium caudatum Forst,
Pteridium aquilinum (L.) Kuhn, Pityrogramma calomelanos (L.), Blechnum orientale L.,
Oleandra nerriformis Cavanilles, Lycopodiella cernua (L.) Pic.Serm., Lycopodium complanatum
L., Nephrolepis hisitula (G.Forst.) C.Presl, Adiantum raddianum C.Presl, Belvisia spicata (L.f)
Mirb, Pteris vittata L., Hypolepis sp. Selanjutnya, sampel tanaman tersebut diekstraksi dengan
cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak etanol kemudian dianalisis pola
kromatografi lapis tipisnya serta dilakukan uji aktivitas penghambatan lipoksigenasenya secara in
vitro. Hasil menunjukkan spesies Blechnum orientale memperlihatkan aktivitas penghambatan
lipoksigenase yang paling baik, yakni sebesar 74,22%, dengan IC50 196,3 µg/mL. Kadar fenolik
total dari ekstrak etanol B. orientale diukur dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteau,
diperoleh kandungan fenolik total sebesar 28,11±0,0064 (gGE/100), dengan asam galat sebagai
standar dengan persamaan regresi y=0,0055x + 0,0028, R2 = 0,998, kadar flavonoid total dari
ekstrak etanol B. orientale adalah 0,537 ±0,002(gQE/100), kuersetin digunakan sebagai standar
dengan persamaan regresi y=0,0068x-0,0533, R2 = 0,995. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol B.
orientale diukur dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH diperoleh IC50 6,42
µg/mL R2 = 0,985, dibandingkan dengan asam askorbat dengan nilai IC50 3,40 µg/mL, R2 = 0,992
Selanjutnya ekstrak dilakukan fraksinasi cair-cair dengan pelarut n-heksana dan etil asetat,
sehingga diperoleh fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air. Masing masing fraksi dilakukan
uji aktivitas penghambatan lipoksigenase secara in vitro. Fraksi etil asetat memperlihatkan
aktivitas penghambatan lipoksigenase secara in vitro dengan IC50 129,40 µg/mL, sedangkan fraksi
n-heksan dan fraksi air tidak aktif. Sejumlah 40 g ekstrak etil asetat, selanjutnya difraksinasi
dengan cara kromatografi kolom menggunakan silika gel sebagai fase diam dan fase geraknya
adalah pelarut dengan kepolaran bertingkat yakni dengan n-heksan dan etil asetat, dan dilanjutkan
dengan etil asetat dan metanol dengan berbeda komposisi. Subfraksi yang dikumpulkan
selanjutnya dimonitor dengan menggunakan KLT dan digabungkan berdasarkan kesamaan pola
bercak pada KLT. Plat KLT dielusi dengan menggunakan pengembang heksan dan etil asetat (8:2).
Penampakan bercak dilakukan dengan penyemprotan menggunakan larutan asam sulfat 10%
dalam metanol, kemudian dipanaskan. Sejumlah 100 mg subfraksi dimurnikan lebih lanjut dengan
menggunakan kromatografi radial dengan ketebalan plat silika gel 1 mm dan dielusi dengan etil
asetat dan metanol dengan kepolaran yang meningkat, dihasilkan dua sub fraksi A dan B.
Pemurnian lanjutan dilakukan dengan metode rekristalisasi menggunakan pelarut etil asetat dan
metanol, dihasilkan isolat 1 (12,1 mg) dan isolat 2 (11,9 mg). Berikutnya, dua isolat ini
dikarakterisasi dengan menggunakan metode spektroskopi yang meliputi spektroskopi UV, IR,
GCMS, 13CRMI, 1HRMI, COSY, HMBC, HMQC. Berikutnya, senyawa murni hasil isolasi
dilakukan uji aktivitas penghambatan lipoksigenase secara in vitro. Berdasarkan data karakterisasi
isolat, dapat diidentifikasi bahwa senyawa hasil isolasi adalah kuersetin-3-O-?-glukopiranosa
(isokuersitrin, C21H20O12) dan kaemferol-3-O-?-D-glukopiranosa (astragalin, C21H20O11). Isolat 1
disimpulkan mempunyai aktivitas penghambatan lipoksigenase yang sangat kuat dengan IC50
33,91 µg/mL, dengan pembanding digunakan kuersetin dengan IC50 20,95 µg/mL dan zileuton
dengan IC50 43,37 µg/mL.