Cekungan Kutai merupakan cekungan tersier yang telah terbentuk setidaknya pada
pertengahan Eosen yang terbuka di bagian timur garis pantai Kalimantan Timur saat ini.
Penelitian dilakukan di wilayah Cekungan Kutai bagian selatan yang saat ini masih lebih
sedikit dieksplorasi dibandingkan dengan wilayah Mahakam dan lainnya yang berada di bagian
utara dari cekungan ini. Berbagai metode dan teknik eksplorasi dikembangkan untuk mencari
cadangan hidrokarbon yang baru maupun mengoptimalkan penemuan yang sudah ada.
Sebagian besar kegiatan eksplorasi berorientasi pada evaluasi reservoir dan pemerangkapan,
sedangkan evaluasi batuan induk dan migrasinya sering disederhanakan. Oleh sebab itu,
penelitian ini berfokus untuk mengetahui potensi batuan induk aktif yang dapat menghasilkan
hidrokarbon dan besar volume yang dapat dihasilkan, serta migrasinya yang dapat mendorong
kembali kegiatan eksplorasi pada wilayah ini.
Metode dari penelitian ini melakukan evaluasi geokimia sebagai penapisan dari batuan induk
yang berpotensi untuk menghasilkan hidrokarbon biogenik dan termogenik. Pirolisis RockEval, analisis biomarker berupa gas kromatografi – spektrometri massa (GC-MS) yang
dievaluasi dari sembilan sumur eksplorasi digunakan untuk menentukan kuantitas, kualitas,
kematangan dan lingkungan pengendapan material organik. Pemodelan cekungan secara 1D
dan 3D dengan menggunakan hasil evaluasi geokimia dan geologi, untuk menentukan adanya
akumulasi dan jejak hidrokarbon termogenik di sekitar wilayah penelitian melalui analisis
migrasi. Analisis isotop, gradien termal dan laju sedimentasi digunakan untuk menentukan
lingkungan dan pola aktivitas mikroorganisme anaerob dalam pembentukan gas biogenik, serta
analisis geofisika meliputi interpretasi dan pemetaan struktur bawah permukaan menggunakan
seismik 2D dan 3D serta menentukan distribusi dari potensi batuan induk dan sejarah
migrasinya.
Lebih dari enam miliar kubik kaki gas dan dua ratus juta barel minyak bumi yang telah
ditemukan di lapisan Miosen Atas pada wilayah laut dalam. Batuan inti dan serbuk bor pada
lapisan menunjukkan bahwa batuan induk merupakan fasies batupasir berselingan dengan
serpih. Material organik pada batupasir lingkungan laut dalam terdiri dari laminasi fragmen
batubara, potongan-potongan kayu, resinit dan serpihan batubara. Data geokimia dan isotop
menunjukkan bahwa gas biogenik terbentuk dari Miosen Akhir sampai sekarang, kuantitas
material organik endapan dari yang sedang hingga baik sekali (0.51 - 7.31 % berat TOC)
merepresentasikan aktivitas mikroorganisme dengan laju sedimentasi yang cukup tinggi ratarata 6,2 x 107
ton/tahun. Gas termogenik, bagaimanapun diharapkan dari lapisan Oligosen
Akhir hingga Miosen Awal dari sedimen setelah lisu disepanjang Cekungan Kutai.