Sepsis merupakan keadaan darurat medis yang menggambarkan respon imunologi
sistemik tubuh terhadap proses infeksi hingga dapat menyebabkan disfungsi organ
stadium akhir dan kematian. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian noneksperimental deskriptif dengan rancangan cross-sectional secara retrospektif
dengan melihat data rekam medik pasien. Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan metode non-probability sampling, yaitu purposive sampling.
Kriteria yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu pasien rawat inap dengan
diagnosis sepsis dan syok septik dengan atau tanpa penyakit komorbid. Penelitian
ini meliputi penetapan kriteria pasien, penetapan kriteria obat, kriteria penggunaan
obat, pengumpulan data pasien dengan diagnosis sepsis dan syok septik.
Kemudian dilakukan analisis masalah terkait obat meliputi indikasi penyakit yang
tidak diobati, pemilihan obat tidak tepat, dosis subterapi, dosis obat berlebih,
pemberian obat tanpa indikasi dan interaksi obat pada terapi pasien sepsis dan
syok septik dengan atau tanpa penyakit komorbid, kemudian dilakukan evaluasi
data serta pengambilan kesimpulan. Jumlah pasien sepsis dan syok septik di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sebanyak 55 pasien dengan persentase pasien
terbanyak adalah perempuan sebesar 60,0% dan usia terbanyak di rentang < 60
tahun sebesar 58,2% dengan lama rawat inap <7 hari sebesar 56,4% dan jenis
pembayaran lewat BPJS sebesar 61,8%. Berdasarkan identifikasi kejadian DRP
potensial menurut PCNE versi 9.1, dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 pasien
(7,27%) indikasi tidak diobati, 232 kejadian interaksi obat pada 47 pasien
(85,45%) untuk interaksi obat potensial, 54 kasus (98,18%) polifarmasi. Obat
yang paling banyak menyebabkan terjadinya DRP interaksi obat potensial adalah
Furosemid dengan jumlah interaksi obat sebesar 25 obat (10,78%). Analisis
bivariat menunjukkan bahwa banyaknya jumlah obat secara signifikan
meningkatkan kejadian DRP potensial pada pasien (p<0,05).