Hujan adalah salah satu faktor pemicu longsoran di Indonesia. Pemodelan
kerentanan longsoran terkait hujan dapat dilakukan secara spasial dengan The
Transient Rainfall Infiltration and Grid-based Regional Slope stability (TRIGRS).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter yang berpengaruh pada
kerentanan longsoran dan mengevaluasi model kestabilan lereng di daerah
Kecamatan Arjasari, Banjaran dan sekitarnya. Pemodelan ini menggunakan data
hujan maksimum tahunan selama 48 tahun untuk mencari hujan periode ulang 10
tahun. Pemodelan dilakukan menggunakan situasi hujan 3 hari. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis frekuensi distribusi Gumbel dan
analisis perhitungan nilai Faktor Keamanan (FK) secara deterministik
menggunakan perangkat lunak TRIGRS. Setelah itu, AUC digunakan untuk
memverifikasi model yang dihasilkan.
Berdasarkan analisis frekuensi distribusi metode Gumbel didapatkan curah hujan
rencana 116,86 mm. Berdasarkan validasi model TRIGRS, parameter yang paling
berpengaruh terhadap pemodelan kestabilan lereng yaitu kemiringan lereng, diikuti
tebal tanah, elevasi, kohesi efektif, sudut geser dalam efektif, berat isi tanah, arah
aliran, permeabilitas, dan difusivitas. Berdasarkan model TRIGRS, luas daerah labil
(FK < 1,2) saat sebelum hujan (T0) adalah 5,90 km2. Pada saat hujan 1 hari (T1),
luas area yang labil adalah 11,71 km2. Pada saat hujan 2 hari (T2), luas area yang
labil adalah 13,11 km2. Pada saat hujan 3 hari (T3), luas area yang labil yaitu 13,38
km2. Hal tersebut menunjukkan infiltrasi curah hujan memang mempengaruhi
terjadinya longsoran di daerah penelitian. Hal ini ditandai oleh peningkatan luas
daerah labil akibat hujan selama 3 hari. Berdasarkan perhitungan AUC, model
kestabilan lereng T0, T1, T2 dan T3 menunjukkan nilai 0,8 (baik) sehingga model
layak digunakan. Penurunan nilai FK seiring dengan kenaikan kemiringan lereng
juga memperkuat bahwa model tersebut layak untuk digunakan.