Kelenteng adalah sebutan untuk bangunan peribadatan umat Tridharma yang terdiri dari penganut agama Budha, Kong hu cu dan Taoisme. Meski pada perkembangannya tiap-tiap agama tersebut memiliki bangunan peribadatan masing-masing, umumnya orang Indonesia lebih mengenal nama kelenteng. Salah satu kelenteng yang unik adalah Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang. Unik karena memiliki nilai sejarah yang berhubungan dengan Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut muslim dari Cina yang terkenal akan perjalanan muhibahnya ke segenap penjuru dunia dengan membawa misi damai. Keunikan lainnya adalah pengguna kelenteng Sam Poo Kong ini tidak hanya umat Tridharma saja melainkan hampir semua umat beragama. Perkembangan kelenteng Sam Poo Kong hingga seperti sekarang dipengaruhi oleh dua jenis kebudayaan waktu itu (sekitar abad ke-14), yaitu kebudayaan Cina sebagai sumber dari nilai-nilai keagamaan dan tata cara prosesi sembahyang yang dibawa oleh Laksamana Cheng Ho dan masyarakat Tiong hoa yang tinggal dan menetap di daerah Pulau Tirang (nama kota Semarang pada waktu itu) serta kebudayaan lokal Jawa yang berpengaruh pada bentuk fisik bangunan kelenteng. Kebudayaan lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebudayaan Jawa pedalaman. Pengertian Kebudayaan disini dibatasi pada nilai-nilai arsitektural sebagai hasil dari kebudayaan itu sendiri. Meski kelenteng Sam Poo Kong terletak di daerah pesisir utara Pulau Jawa, namun dalam perkembangannya kebudayaan Jawa pedalaman memiliki pengaruh yang lebih dominan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kebudayaan dengan memandang kelenteng sebagai artefak yang memiliki nilai elemen estetis, makna simbolis dan fungsi utiliter pragmatis yang dipengaruhi oleh material, teknik dan alat serta orang-orang yang membangunnya. Analisa penelitian ini difokuskan pada elemen fisik pembentuk bangunan yang meliputi lantai, dinding, elemen struktur balok dan kolom, langit-langit, jendela, pintu, tangga, ragam hias, penataan furnitur, orientasi dan organisasi ruang. Proses analisa penelitian ini menggunakan metode perbandingan yaitu bangunan tradisional Jawa dan bangunan kuil peribadatan Konfucius di Cina. Temuan hasil analisa penelitian ini adalah masih ditemukannya pengaruh kebudayaan lokal bangunan kelenteng Sam Poo Kong yang dipengaruhi oleh agama Islam dan kebudayaan Jawa yang terkandung dalam elemen-elemen fisik pembentuk kelenteng. Sementara temuan hasil analisa fungsi bangunan sebagai bangunan peribadatan adalah adanya perbedaan penataan furnitur pada bangunan Kelenteng Sam Poo Kong untuk menyesuaikan dengan kebutuhan para pengguna dari umat agama selain Tridharma.
Perpustakaan Digital ITB