ASI merupakan makanan ekslusif yang harus diberikan pada bayi berumur 0-6 bulan. Namun dalam
proses menyusui bayi, sering muncul beberapa masalah seperti produksi ASI yang terlalu sedikit.
Salah satu cara untuk mengatasi produksi ASI adalah mengonsumsi bahan makanan yang bersifat
galaktogoga, seperti daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dan daun bayam duri
(Amaranthus spinosus L.). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak kombinasi daun
bayam duri dan daun katuk yang lebih efektif digunakan sebagai peningkat produksi susu pada
tikus. Penelitian ini juga ingin menentukan efektifitas dosis ekstrak kombinasi daun bayam duri dan
daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI dibandingkan dengan masing-masing dosis ekstrak
tunggalnya. Simplisia daun bayam duri dan daun katuk diekstraksi dengan metode maserasi oleh
pelarut etanol 70%. Peningkatan produksi ASI diuji dengan pemberian sediaan uji secara oral
dengan dosis A dan dan dosis B pada tikus wistar betina yang sedang menyusui selama 14 hari.
Parameter yang dinilai dalam penelitian ini adalah penimbangan berat badan anak tikus pada 4
endpoint, yaitu pada hari ke-2, 4, 8 dan 15 laktasi. Pada penelitian ini diperoleh rerata perolehan
ASI hasil ekstrak kombinasi dengan dosis A (rerata 6,45±1,82 g) lebih tinggi dibandingkan dengan
ekstrak kombinasi dosis B (rerata 5,11±1,10 g). Pada penelitian ini juga diperoleh data bahwa
kelompok ekstrak kombinasi dosis A (rerata 6,45±1,82 g) menghasilkan perolehan air susu yang
tidak berbeda signifikan dengan ekstrak tunggal daun bayam duri dosis 100 mg/kgBB (rerata
5,04±2,62 g) dan ekstrak tunggal daun katuk dosis 100 mg/kgBB (rerata 6,14±2,84 g). Perolehan air
susu pada ekstrak kombinasi dosis A lebih tinggi namun tidak berbeda bermakna jika dibandingkan
dengan ekstrak kombinasi dosis B, ekstrak tunggal daun bayam duri 100 mg/kgBB, dan ekstrak
tunggal daun katuk 100 mg/kg BB.