digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

18019003 Mohammad Faris Hilmi.pdf
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan

Masalah intermitensi pada pembangkit listrik tenaga surya mengakibatkan terbatasnya jumlah energi yang dapat dibangkitkan. Oleh karena itu, muncul suatu inovasi untuk meningkatkan efisiensi pembangkitan daya modul PV konvensional, yaitu penggunaan modul PV bifacial. Modul bifacial dapat menghasilkan energi lebih banyak dibandingkan modul konvensional yang mono-facial karena kemampuannya menyerap cahaya dan menghasilkan energi dari kedua sisinya (depan dan belakang). Modul bifacial dapat dimanfaatkan untuk sistem PLTS dalam bangunan untuk mewujudkan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Studi ini menunjukkan bahwa sistem PLTS dengan modul bifacial akan menjadi pilihan yang lebih baik dibanding modul mono-facial dalam aspek performa, ekonomi, dan penurunan emisi karbon. Berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan lokasi gedung Center of Infrastructure and Built Environment (CIBE) ITB, Bandung, Jawa Barat, sistem PLTS atap dengan modul bifacial yang didesain dapat menghasilkan energi sebanyak 86,183 MWh/tahun dengan performance ratio senilai 79,8% dan renewable penetration senilai 15%. Dari aspek ekonomi, sistem ini membuat levelized cost of energy (LCOE) gedung menurun sebanyak 8,91%, yaitu dari Rp1.021,18/kWh menjadi Rp930,19/kWh. Dari aspek emisi karbon, sistem ini membuat emisi karbon yang dihasilkan gedung menurun sebanyak 14,96%, yaitu dari 458,67 ton/tahun menjadi 390,05 ton/tahun. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa modul bifacial dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pembangkitan energi dari sistem pembangkit tenaga surya, salah satunya untuk penerapan PLTS atap karena tentunya pembangkitan ekstra dari sisi belakang modul PV dapat menjadi nilai tambah untuk meningkatkan pembangkitan energi bagi bangunan yang bersangkutan