digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maisya Dina Putri Yanti
PUBLIC Alice Diniarti

Energi fosil masih mendominasi bauran energi nasional hingga tahun 2021. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya tingkat impor BBM. Guna mengurangi penggunaan energi fosil, pemerintah Indonesia terus mendorong pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional. Indonesia memiliki potensi EBT yang cukup besar, namun beberapa sumber EBT bersifat intermittent. Maka dibutuhkan baterai dengan kapasitas yang besar untuk menyimpan energi tersebut. Redox flow battery (RFB) dapat menjadi solusi akan kondisi tersebut. Baterai jenis ini membutuhkan membran yang berfungsi untuk memisahkan partikel dan menghindari terjadinya pencampuran elektrolit yang dapat mempengaruhi kinerja baterai. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan bahan penyusun berupa polimer yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis polimer penukar ion yang berkonduktifitas tinggi untuk menyusun membran baterai aliran redoks. Percobaan dilakukan dengan prosedur sintesis sederhana yaitu polimerisasi dan sulfonasi serta menggunakan bahan baku yang mudah diperoleh. Variasi yang dilakukan berupa variasi waktu, konsentrasi TFSA/zat pensulfonasi, dan senyawa aromatik pada sintesis polimer. Hasil sintesis menunjukan variasi dengan senyawa aromatik p-terphenyl 7,8%-v/v TFSA selama 24 jam dan biphenyl 31,25%-v/v TFSA selama 42 jam menghasilkan yield yang relatif tinggi serta kelarutan yang baik dalam chloroform sehingga dapat dilanjutkan ke tahap sulfonasi. Hasil sulfonasi menunjukan sampel dengan polimer p-terphenyl menggunakan oleum dengan agen pensulfonasi 33,3%-v/v selama 24 jam menghasilkan membran dengan hasil yang terbaik. Membran yang dihasilkan akan dibandingkan karakteristiknya dengan Nafion 212 dan Nafion 211. Hasil uji membran menunjukan stabilitas oksidasi melalui uji fenton menghasilkan penurunan berat sebesar 16,6%, swelling ratio sebesar 3%, water uptake sebesar 40,3%, dan konduktivitas 26 mS/cm (30°C). Hasil tersebut menunjukan beberapa parameter dari membran mendekati membran Nafion, namun nilai konduktivitas membran lebih kecil dibandingkan Nafion 212 (103,83 mS/cm, 30°C). Berdasarkan hal tersebut, maka Membran hasil penelitian membutuhkan optimasi.