Salah satu tambang yang menghasilkan bahan galian emas di Indonesia adalah IUP
OP Pongkor yang terletak di daerah Bogor yang dikelola oleh PT ANTAM Tbk.
dengan metode penambangan yang digunakan berupa penggalian bawah tanah yang
sangat bergantung pada konstruksi terowongan. Pada proyek konstruksi terdapat
hal-hal yang menjadi kendala seperti keberadaan diskontinuitas, perbedaan litologi,
kondisi airtanah, dan tingkat pelapukan batuan. Penelitian ini dilakukan pada
prospek urat Kubang Cicau tepatnya di koordinat 106° 33' 33" - 106° 33' 43" LS
dan 6° 40' 18" - 6° 40' 31" BT dengan objek penelitian pada bukaan terowongan
KK445, KK460, dan KK460C. Penelitian ini dikakukan untuk menangani
permasalahan yang telah disebutkan di atas dengan menggunakan metode
klasifikasi massa batuan RMR, Sistem-Q, dan metode elemen hingga. Penggunaan
klasifikasi massa batuan bertujuan untuk mengetahui jenis perkuatan yang
digunakan. Kemudian dilakukan analisis numerik dengan metode elemen hingga
untuk mengevaluasi parameter faktor keamanan (FK) serta kapasitas kekuatan di
sekitar terowongan.
Berdasarkan pengamatan lapangan, diperoleh litologi penyusun KK445, KK460,
dan KK460C terdiri dari tuf lapili. Berdasarkan hasil pembobotan nilai RMR,
diperoleh bahwa bukaan KK445 dan KK460 tergolong dalam kelas batuan III – IV
(cukup – buruk), sedangkan pada bukaan KK460C tergolong dalam kelas batuan
IV (buruk). Berdasarkan klasifikasi massa batuan Sistem-Q, didapatkan bahwa
bukaan KK445 dan KK460 tergolong dalam batuan buruk, sedangkan bukaan
KK460C tergolong dalam batuan sangat buruk. Parameter-parameter nilai RMR ini
akan digunakan dalam penentuan tipe runtuhan dan didapatkan hasil bahwa bukaan
KK445 dan KK460 memiliki potensi runtuhan baji, sedangkan KK460C memiliki
potensi runtuhan massa batuan. Berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR,
didapatkan bahwa tipe perkuatan yang dibutuhkan berupa baut batuan, kawat baja,
dan H-Beam, sedangkan berdasarkan klasifikasi massa batuan Sistem-Q,
didapatkan tipe perkuatan yang dibutuhkan berupa beton tembak terkuatkan dan
baut batuan. Dalam penerapannya, sistem perkuatan berdasarkan RMR dapat
mengakomodasi beban runtuhan dengan baik karena nilai FK yang diperoleh lebih
dari 1,5 dan tidak ditemukan adanya titik keruntuhan di sekitar bukaan, sedangkan performa dari sistem perkuatan berdasarkan Sistem-Q tidak dapat mengakomodasi
beban runtuhan dengan baik karena nilai FK yang diperoleh kurang dari 1,5 dan
ditemukan beberapa titik keruntuhan. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang
telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa klasifikasi massa batuan
RMR lebih cocok untuk digunakan pada lokasi penelitian dibandingkan klasifikasi
massa batuan Sistem-Q.