digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Josua Maruli Tua
PUBLIC Alice Diniarti

Salah satu tambang yang menghasilkan bahan galian emas di Indonesia adalah IUP OP Pongkor yang terletak di daerah Bogor yang dikelola oleh PT ANTAM Tbk. dengan metode penambangan yang digunakan berupa penggalian bawah tanah yang sangat bergantung pada konstruksi terowongan. Pada proyek konstruksi terdapat hal-hal yang menjadi kendala seperti keberadaan diskontinuitas, perbedaan litologi, kondisi airtanah, dan tingkat pelapukan batuan. Penelitian ini dilakukan pada prospek urat Kubang Cicau tepatnya di koordinat 106° 33' 33" - 106° 33' 43" LS dan 6° 40' 18" - 6° 40' 31" BT dengan objek penelitian pada bukaan terowongan KK445, KK460, dan KK460C. Penelitian ini dikakukan untuk menangani permasalahan yang telah disebutkan di atas dengan menggunakan metode klasifikasi massa batuan RMR, Sistem-Q, dan metode elemen hingga. Penggunaan klasifikasi massa batuan bertujuan untuk mengetahui jenis perkuatan yang digunakan. Kemudian dilakukan analisis numerik dengan metode elemen hingga untuk mengevaluasi parameter faktor keamanan (FK) serta kapasitas kekuatan di sekitar terowongan. Berdasarkan pengamatan lapangan, diperoleh litologi penyusun KK445, KK460, dan KK460C terdiri dari tuf lapili. Berdasarkan hasil pembobotan nilai RMR, diperoleh bahwa bukaan KK445 dan KK460 tergolong dalam kelas batuan III – IV (cukup – buruk), sedangkan pada bukaan KK460C tergolong dalam kelas batuan IV (buruk). Berdasarkan klasifikasi massa batuan Sistem-Q, didapatkan bahwa bukaan KK445 dan KK460 tergolong dalam batuan buruk, sedangkan bukaan KK460C tergolong dalam batuan sangat buruk. Parameter-parameter nilai RMR ini akan digunakan dalam penentuan tipe runtuhan dan didapatkan hasil bahwa bukaan KK445 dan KK460 memiliki potensi runtuhan baji, sedangkan KK460C memiliki potensi runtuhan massa batuan. Berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR, didapatkan bahwa tipe perkuatan yang dibutuhkan berupa baut batuan, kawat baja, dan H-Beam, sedangkan berdasarkan klasifikasi massa batuan Sistem-Q, didapatkan tipe perkuatan yang dibutuhkan berupa beton tembak terkuatkan dan baut batuan. Dalam penerapannya, sistem perkuatan berdasarkan RMR dapat mengakomodasi beban runtuhan dengan baik karena nilai FK yang diperoleh lebih dari 1,5 dan tidak ditemukan adanya titik keruntuhan di sekitar bukaan, sedangkan performa dari sistem perkuatan berdasarkan Sistem-Q tidak dapat mengakomodasi beban runtuhan dengan baik karena nilai FK yang diperoleh kurang dari 1,5 dan ditemukan beberapa titik keruntuhan. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa klasifikasi massa batuan RMR lebih cocok untuk digunakan pada lokasi penelitian dibandingkan klasifikasi massa batuan Sistem-Q.