digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Berdasarkan data kejadian bencana milik BNPB, longsoran merupakan bencana terbanyak ketiga yang terjadi di Indonesia dengan jumlah 377 kejadian pada tahun 2021 (Geoportal Data Bencana Indonesia, 2021). Hujan sebagai salah satu pemicu terjadinya longsoran membuat peningkatan jumlah kejadian longsoran selama musim hujan di Indonesia. Penentuan ambang batas pemicu longsoran menjadi salah satu upaya penyelesaian permasalahan keamanan karena dapat digunakan dalam pembuatan sistem peringatan dini kejadian longsoran. Pembuatan ambang batas hujan pemicu longsoran dapat dilakukan dengan model empiris yang dibuat menggunakan data kejadian longsoran sebelumnya dan data hujan. Data hujan yang digunakan merupakan nilai curah hujan observasi dari pos hujan BBWS Citarum dan stasiun geofisika BMKG Bandung. Informasi kejadian longsoran menggunakan data yang diperoleh dari PVMBG ESDM dan BPBD Provinsi Jawa Barat. Ambang batas dibuat berdasarkan data intensitas hujan, akumulasi hujan, durasi hujan, dan curah hujan sebelumnya (antecedent rainfall). Pada penelitian ini digunakan tiga asumsi durasi hujan yaitu tiga jam, enam jam, dan delapan jam untuk setiap harinya. Penentuan nilai ambang batas dilakukan dengan menginput data yang digunakan pada grafik log 10 – log 10. Terdapat dua tingkat probabilitas yang digunakan dalam penentuan ambang batas hujan pemicu longsoran yaitu 1% dan 5%. Analisis area under curve dilakukan untuk mengetahui kualitas model ambang batas. Berdasarkan 226 titik kejadian longsoran di Cekungan Bandung dan sekitarnya pada tahun 2011 – 2021 didapatkan nilai ambang batas hujan pemicu longsoran dengan kualitas model baik yaitu I = 5,5462?????0,613 dengan durasi 3 ? D ? 48 dan I = 2,0543?????0,312 dengan durasi 6 ? D ? 96, sedangkan ambang batas pemicu longsoran berdasarkan hujan sebelumnya menggunakan 20 hari antecedent rainfall adalah R = 4,6095(A20)-0,131 dan R = 5,3224(A30)-0,16 untuk 30 hari antecedent rainfall. Dilakukan simulasi pada salah satu lereng yang berada pada area penelitian yaitu di Desa Cihanjuang, Cimanggung, Sumedang untuk mengetahui keakuratan nilai ambang batas. Simulasi dilakukan dengan menggunakan ambang batas yang termasuk model dengan kualitas baik berdasarkan nilai AUC. Berdasarkan simulasi yang dilakukan, pada lereng simulasi ambang batas pemicu longsoran intensitas – durasi dengan tingkat probabilitas 1% memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan tingkat probabilitas 5% baik untuk asumsi durasi tiga jam maupun enam jam. Ambang batas I = 2,0543?????0,312 dapat memperkirakan kejadian longsoran pada studi kasus longsoran Cimanggung.