2011 TA PP Edward 1-Abstrak.pdf
PUBLIC Yuliani Astuti
2011 TA PP Edward 1-Cover.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2011 TA PP Edward 1-Bab 1.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2011 TA PP Edward 1-Bab 2.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2011 TA PP Edward 1-Bab 3.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2011 TA PP Edward 1-Bab 4.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2011 TA PP Edward 1-Bab 5.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2011 TA PP Edward 1-Pustaka.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Penurunan muka tanah merupakan fenomena yang banyak terjadi di kota – kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang. Penurunan muka tanah di Cekungan
Bandung diduga disebabkan oleh pengambilan airtanah secara berlebihan, kompaksi
alamiah, beban bangunan dan pengaruh tektonik. Penurunan muka tanah di Cekungan
Bandung juga berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi seperti kerusakan pada
bangunan, infrastruktur, dan memperparah genangan banjir.
Pemantauan penurunan muka tanah di Cekungan Bandung telah dilakukan dengan metode
survey GPS dari tahun 2000 sampai 2010 di beberapa daerah yang diduga mengalami
penurunan muka tanah dan penurunan muka airtanah yang relatif besar. Survey lapangan
juga dilakukan di Cekungan Bandung untuk mengidentifikasi kerugian ekonomi yang
mungkin timbul akibat penurunan muka tanah. Hasil pengolahan data GPS menunjukkan
pada periode tahun 2000 sampai 2010 beberapa daerah di Cekungan Bandung telah
mengalami penurunan muka tanah sebesar 1 sampai 16 cm pertahun yang bervariasi baik
secara spasial maupun temporal. Hal ini disebabkan oleh pengambilan airtanah yang
berlebihan dan juga proses kompaksi alamiah. Penurunan muka tanah yang paling besar
dialami oleh daerah - daerah yang mengalami penurunan muka airtanah yang besar pula
seperti Cimahi, Dayeuhkolot, Rancaekek dan Majalaya. Kerugian ekonomi telah
teridentifikasi di wilayah terdampak seperti retakan pada dinding bangunan dan jalan tol,
biaya untuk menaikkan halaman rumah, dan memperparah genangan banjir.
Pemantauan terhadap penurunan muka tanah ini berguna untuk pengaturan pengambilan
airtanah, pengendalian banjir, konservasi lingkungan, serta pengambilan keputusan dalam
pembangunan infrastruktur.