ABSTRAK Anesha Allasselcida
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB VI - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Anesha Allasselcida
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN - Anesha Allasselcida.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah primata endemik Pulau Jawa yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Perdagangan ilegal dan alih fungsi habitat menyebabkan populasi kukang jawa terus mengalami penurunan. Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK) merupakan salah satu lokasi reintroduksi kukang jawa dari tahun 2018-2019, namun hingga saat ini belum ada kegiatan monitoring distribusi kukang jawa pasca pelepasliaran. Informasi mengenai distribusi dibutuhkan dalam menentukan tindakan lanjutan untuk melestarikan kukang jawa. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pola dan mengidentifikasi variabel-variabel yang memengaruhi distribusi dari kukang jawa di TBMK. Data perjumpaan kukang jawa dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan petugas pengelola, warga setempat dan IAR Indonesia. Observasi dilakukan dengan menggunakan metode purposive pada 4 jalur di sekitar enclave Kampung Cimulu. Prediksi distribusi dilakukan menggunakan variabel topografi (elevasi dan kelerengan), ekologi (tipe tutupan lahan dan NDWI), klimatologi (curah hujan dan suhu permukaan) serta antropogenik (jarak dari jalan dan jarak dari pemukiman). Pemodelan dilakukan menggunakan Maxent dengan sistem pemodelan bertahap (stepwise). Didapatkan 45 data lokasi keberadaan kukang di sekitar enclave dan tepi kawasan TBMK. Berdasarkan observasi langsung, ditemukan 3 individu kukang pada pohon kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) dan bekas gigitan kukang pada tanaman tepus (Etlingera coccinea). Kombinasi terbaik untuk menduga distribusi kukang jawa terdiri dari 5 variabel yaitu jarak dari pemukiman, curah hujan, kelerengan, tutupan lahan dan NDWI. Variabel dengan tingkat kepentingan dan kontribusi tertinggi adalah jarak dari pemukiman karena kukang jawa memiliki kemampuan beradaptasi dengan ketersediaan sumber daya. Berdasarkan pemodelan yang dilakukan, diperoleh area distribusi 0,5% dari keseluruhan wilayah TBMK dengan pola distribusi berkumpul di sekitar Cimulu. Hal ini dapat menimbulkan ancaman berupa konflik dengan manusia dan mengindikasikan rendahnya tingkat dispersal. TBMK berpotensi sebagai kawasan pelestarian khusus kukang jawa, namun harus diiringi dengan upaya lanjutan agar ancaman dapat diminimalisir.