COVER - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ronaldo Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN - RONALDO W..pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Pengembangan nanopartikel didorong oleh peranannya dalam industri farmasi dan
kesehatan. Metode biologis yang ramah lingkungan dan nontoksik dapat digunakan
sebagai teknik alternatif sintesis nanopartikel, salah satunya nanopartikel ZnO.
Tumbuhan tropis dipilih sebagai agen biologis karena mudah ditemukan. Aktivitas
antioksidan menjadi penentu keberhasilan sintesis nanopartikel karena berperan sebagai
reduktor. Oleh karena itu, peneliti menggunakan delapan spesimen tumbuhan, yaitu daun
kangkung, daun petai, daun pepaya, daun alpukat, daun jambu mete, buah pepaya, buah
alpukat, dan buah belimbing keris. Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai
ekstrak tumbuhan tropis yang potensial untuk sintesis nanopartikel ZnO dan menganalisis
karakteristik nanopartikel yang dihasilkan. Oleh karena itu, kedelapan tumbuhan
diekstrak dan dicampurkan dengan prekursor Zn(NO3)2. Berdasarkan uji Folin-Ciocalteu,
tidak terdapat kolerasi antara kandungan fenolik dengan perolehan nanopartikel,
sedangkan pada uji DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan berbanding lurus dengan
perolehan nanopartikel. Daun kangkung, buah pepaya, buah alpukat dan buah belimbing
keris berhasil disintesis menjadi nanopartikel. Karakterisasi fasa nanopartikel setelah
dikalsinasi menunjukkan puncak pada sudut difraksi 31°-37°. Karakterisasi morfologi
menunjukkan perubahan bentuk nanopartikel dari bulat menjadi oval dan tak beraturan
setelah dikalsinasi. Ditinjau dari diameter partikel sebelum dan sesudah kalsinasi,
sintering umumnya lebih berkontribusi dibandingkan volatilisasi zat organik. Analisis
DLS mengindikasikan ketiga nanopartikel terpolidispersi dan teraglomerasi pada rentang
706,2-936,1 nm. Gugus fungsi C=C dan S=O membantu sintesis nanopartikel pada buah
pepaya dan buah alpukat, sedangkan sintesis nanopartikel pada daun kangkung dibantu
oleh gugus C=C. ZnS yang terbentuk di lapisan luar nanopartikel menyebabkan ukuran
partikel lebih besar pada nanopartikel buah pepaya dan buah alpukat.