Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat serta keragaman aktivitas khususnya di kota-kota
besar di Indonesia, seperti Bandung, mengakibatkan munculnya persoalan dalam pelayanan
prasarana seperti pengelolaan sampah. Jumlah komposisi dan karakteristik sampah tidak
terlepas dari pola kecenderungan konsumsi masyarakat itu sendiri. Keterbatasan fasilitas
pengelolaan sampah di sumber mengakibatkan permasalahan sampah yang kompleks. Di
Kecamatan Regol terdapat 5 (lima) Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan hanya 1 (satu)
fasilitas yang menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Sehingga sampah yang masuk ke
fasilitas sekadar ditampung untuk diangkut ke TPPAS Sarimukti tanpa pengolahan atau
pengurangan. Maka, dilakukan perancangan tempat pengolahan sampah terpadu skala
Kecataman Regol untuk mengolah sampah domestik dan sampah taman. Perancangan
dilakukan dengan melakukan sampling timbulan sampah di Kecamatan Regol berdasarkan
tingkat pendapatan masyarakat sehingga didapatkan besaran timbulan, persentase komposisi,
dan karakteristik sampahnya. Data sampling tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan
awal dalam menentukan teknologi pengolahan. Dan pemilihan teknologi pengolahan tersebut
dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dari hasil analisis, tempat
pengolahan sampah terpadu mampu mengolah sampah sebesar 9 ton/hari sampah domestik
melalui teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dan menghasilkan fluff sebesar 5,195 ton/hari
serta 15 ton/hari sampah taman melalui kombinasi pengomposan in-vessel composting dan
windrow composting dan menghasilkan kompos sebesar 9,25 ton/hari. Adapun konfigurasi dari
fasilitas RDF yaitu bag opener, manual sorting, shredder/pencacahan primer, biodrying/pengeringan, disc screen, dan shredder/pencacahan sekunder. Sedangkan, konfigurasi
dari fasilitas pengomposan yaitu shredder/pencacahan, in-vessel composting dan windrow composting, dan trommel screen. Dan hasil perhitungan, didapatkan kebutuhan luas minimum
untuk fasilitas TPST sebesar 1.603,63 m2