Uji netralisasi dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi efikasi vaksin COVID-19 dalam mencegah
infeksi SARS-CoV-2 dengan mendeteksi antibodi netralisasi (NAb) yang terbentuk setelah vaksinasi.
Namun, metode pengujian yang ada melibatkan virus SARS-CoV-2 yang harus ditangani di BSL-3.
Melalui uji netralisasi berbasis pseudovirus, pengujian serupa dapat dilakukan di BSL-2 dengan
memanfaatkan pseudovirus pembawa protein spike SARS-CoV-2. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan uji netralisasi berbasis pseudovirus vesicular stomatitis virus (VSV) dengan spike
SARS-CoV-2 wild-type (rVSV-?G*Spike). Penelitian diawali dengan transformasi plasmid ke
Escherichia coli DH5? dan isolasi plasmid. Konfirmasi plasmid melalui analisis migrasi dan restriksi
menunjukkan plasmid yang digunakan terkonfirmasi kebenarannya. Sebelum produksi rVSV?G*Spike dilakukan, rVSV-?G*G diproduksi terlebih dahulu melalui ko-transfeksi 6 plasmid pada sel
HEK293T. Produksi rVSV-?G*Spike dilakukan melalui transfeksi plasmid pengkode protein spike
SARS-CoV-2 wild-type dan infeksi rVSV-?G*G ke sel HEK293T. Keberhasilan produksi rVSV-?G*G
dan rVSV-?G*Spike ditentukan melalui uji ekspresi luciferase di sel HEK293T-ACE2. Penelitian ini
menggunakan pseudolentivirus yang dikonstruksi pada penelitian sebelumnya sebagai kontrol
positif uji ekspresi luciferase dan uji netralisasi. Hasil uji ekspresi luciferase menunjukkan nilai RLU
1.025 pada infeksi rVSV-?G*G. Sedangkan, infeksi rVSV-?G*Spike menunjukkan nilai RLU yang
mendekati nilai RLU kontrol negatif sehingga diduga pseudovirus tidak berhasil terbentuk atau
memiliki titer yang sangat rendah. Uji netralisasi berbasis pseudovirus dilakukan dengan NAb
terhadap SARS-CoV-2. Produksi NAb dilakukan melalui ko-transfeksi plasmid ke sel HEK293T dan
diperoleh konsentrasi sebesar 2,72 ± 0,17 ?g/mL. Hasil uji netralisasi menunjukkan peningkatan
jumlah NAb menyebabkan penurunan RLU dan tingkat infeksi pseudolentivirus. Namun, hasil
pengujian untuk rVSV-?G*G dan rVSV-?G*Spike menunjukkan nilai RLU yang sangat rendah pada
berbagai jumlah NAb dan keduanya tidak merespons terhadap NAb yang diberikan. Dengan
demikian, sistem uji netralisasi berbasis pseudovirus VSV dengan spike SARS-CoV-2 belum berhasil
dikembangkan dan memerlukan optimasi pada proses produksinya.