Seiring dengan kesulitan menemukan lapangan baru dan kendala teknis dalam pengembangannya, peran
lapangan tua menjadi semakin penting dalam industri minyak dan gas. Dalam situasi seperti ini, pemulihan aset
lapangan tua yang efektif dan bertahan lama menjadi sangat penting untuk operasi produksi. Salah satu teknik
yang digunakan untuk meningkatkan laju produksi adalah hydraulic fracturing. Namun, penerapan hydraulic
fracturing memerlukan biaya yang signifikan, oleh karena itu dibutuhkan strategi pemilihan sumur kandidat
hydraulic fracturing untuk memaksimalkan potensi produksi dari lapangan tua. Studi kasus dilakukan pada
Lapangan X yang memiliki litologi batuan pasir dan merupakan reservoir minyak dengan rentang permeabilitas
medium hingga besar. Dalam pemilihan sumur yang cocok untuk dilakukan stimulasi, digunakan peta Indeks
Heterogenitas (HI) dan perhitungan Estimated Ultimate Recovery (EUR) dengan menggunakan metode
Reciprocal dan Decline Curve Analysis. Dari 24 sumur di Lapangan X, terpilih 3 sumur kandidat untuk
dilakukan hydraulic fracturing, yaitu sumur TM-6, TM-14, dan TM-19. Pemilihan model yang sesuai untuk
sumur terpilih adalah model KGD 2D, sehingga didapatkan desain rekahan optimum pada sumur kandidat
dengan nilai setengah panjang rekahan (xf) untuk TM-6, TM-14 dan TM-19 yaitu 346 ft, 268 ft, dan 263 ft.
Menggunakan desain rekahan optimum didapatkan nilai laju alir setelah hydraulic fracturing untuk TM-6, TM-
14 dan TM-19 yaitu yaitu 820 BFPD, 1405 BFPD, 789 BFPD. Analisis Inflow Performance Relationship
dengan menggunakan metode Sukarno (1986) dan Wiggins (1994), pada lapangan ini menunjukkan bahwa
hydraulic fracturing dapat meningkatkan kinerja sumur dilihat dari perubahan nilai Absolute Open Flow (AOF)
yang semakin besar. Alur penentuan sumur kandidat pada studi ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam
menentukan sumur-sumur kandidat yang layak untuk dilakukan hydraulic fracturing.