Model ekstrapolasi ruang-waktu umumnya terbatas pada beberapa titik lokasi
pengamatan dan tidak memberikan informasi mengenai nilai-nilai di titik lokasi
tak terobservasi. Dengan menggabungkan model tersebut dengan model interpolasi
spasial, dapat diperoleh perubahan visual yang lebih informatif. Model Generalized
Space-Time Autoregressive (GSTAR) sebagai model ekstrapolasi ruang-waktu
multivariat sering digunakan karena bentuknya yang sederhana dan tidak memerlukan
biaya yang besar untuk dilakukan. Salah satu komponen dalam model
GSTAR adalah matriks bobot spasial yang berperan sebagai pembobot hubungan
antarlokasi. Matriks tersebut dapat dikonstruksi dengan menggunakan teori graf,
khususnya Minimum Spanning Tree (MST), sebagai pengembangan dari model.
Selain itu interpolasi spasial dapat dilakukan dengan memanfaatkan metode kriging.
Hasil gabungan kedua model tersebut menunjukkan performa yang lebih baik
dibandingkan dengan model deret waktu univariat pada data perubahan tinggi muka
air pada lahan gambut di Provinsi Riau sebagai basis dari pemetaan risiko.