Pengukuran penampang stratigrafi dan pengambilan perconto dari singkapan batuan
sedimen klastik yang berada di wilayah pegunungan selatan bagian timur (Yogyakarta
dan Pacitan) telah dilakukan. Formasi batuan yang diteliti adalah 1. daerah Kulon Progo:
Satuan Batupasir, Batulempung dan Lignit (di bawah Formasi Jonggrangan), 2. daerah
Wonosari: Formasi Sambipitu, 3. daerah Punung, Pacitan: Formasi Jaten, Formasi Wuni
dan Formasi Nampol.
Pengukuran penampang stratigrafi menghasilkan bagan litostratigrafi ketiga daerah yang
diteliti. Perconto batuan yang diambil di lapangan kemudian di analisa kandungan
palinologi dan foraminifera kecilnya yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang
berisi kandungan fosil, keragaman dan kelimpahannya.
Analisa palinologi dan foraminifera kecil menghasilkan bagan biostratigrafi, interpretasi
permukaan sekuen stratigrafi (SB dan MFS) dan korelasi ketiga daerah yang diteliti.
Penampang Kali Urang, Wonosari, dijadikan sebagai patokan pembuatan zonasi
biostratigrafi. Penampang ini dipilih karena fosil-fosil yang dapat dijadikan sebagai
indeks dalam pembuatan zonasi paling lengkap hadir di sini. Zonasi biostratigrafi yang
dibuat menghasilkan tiga zona dalam interval N8 sampai N9 yaitu: Zona Globigerinoides
obliquus obliquus – Praeorbulina glomerosa (N8a), Zona Praeorbulina glomerosa –
Orbulina universa (N8b) dan Zona Orbulina universa (N9)
Fosil penting lainnya yang dapat dijadikan sebagai fosil indeks dalam penyusunan
kerangka stratigrafi ketiga daerah penelitian adalah fosil polen Florschuetzia
meridionalis. Fosil ini di lintasan Kali Urang mulai hadir di dalam Zona Globigerinoides
obliquus obliquus – Praeorbulina glomerosa atau pada N8a (akhir Burdigalian, akhir
Miosen Awal). FAD (first appeareance datum) dari Florschuetzia meridionalis yang
ditandai dengan melimpahnya fosil ini dan telah konsisten hadir pada perconto-perconto
di atasnya ada pada lintasan Desa Kutukan – Sungai Nampol.
Pemunculan awal (FAD) Florschuetzia meridionalis dan Orbulina universa/suturalis
sebagai batas N8/N9 (base of N9) dipilih sebagai datum dasar untuk korelasi antara
penampang daerah Wonosari dan Punung. Pemunculan awal Praeorbulina glomerosa
pada penampang Kali Ngalang dan Kali Urang juga dipakai sebagai datum korelasi untuk
ke dua penampang ini.
Dengan telah hadirnya fosil polen Florschuetzia meridionales pada Satuan Batupasir,
Batulempung dan Lignit Formasi Jonggrangan, Formasi Sambipitu dan Formasi jaten,
dan berdasarkan hasil rekonstruksi biostratigrafi pada lintasan Kali Urang, daerah
Wonosari yang memperlihatkan fosil ini telah hadir di dalam Zona Globigerinoides
obliquus obliquus – Praeorbulina glomerosa atau pada N8a (akhir Burdigalian, akhir
Miosen Awal), maka diambil kesimpulan bahwa ketiga unit batuan di daerah berbeda
tersebut berkorelasi secara umur yaitu terendapkan pada akhir Miosen Awal.
Korelasi lebih lanjut menggunakan MFS dipadukan dengan zonasi biostratigrafi dapat
memperinci korelasi di daerah penelitian.
Interpretasi permukaan sekuen stratigrafi berdasarkan analisa polen dan foraminifera
kecil pada ketiga daerah yang diteliti menghasilkan kesimpulan bahwa pada peristiwa
MFS karakter mikrofosil menunjukkan puncak kelimpahan dan keragaman baik fosil
foraminifera planton dan benton juga fosil marine palynomorph sedangkan pada
peristiwa SB dapat dicirikan adanya perubahan tiba-tiba biofasies laut yang lebih dalam
ke biofasies yang lebih dangkal.