Cement-Treated Base (CTB) merupakan lapis fondasi perkerasan jalan yang terdiri
dari campuran material agregat atau tanah asli dengan air dan semen dalam kadar
yang relatif rendah, kemudian mengeras setelah dilakukan pemadatan dan
perawatan curing. Penelitian terkait CTB dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis pengaruh variasi kadar semen, variasi gradasi agregat dan kepadatan
campuran terhadap kuat tekan, kuat lentur, dan modulus elastisitas. Selain itu, pada
penelitian ini juga dilakukan analisis CTB sebagai bagian dari struktur perkerasan
lentur serta analisis ketahanan struktur perkerasan terhadap kegagalan asphalt
fatigue dan permanent deformation. Penelitian dilakukan secara eksperimental di
laboratorium dengan membuat campuran CTB dengan tiga variasi kadar semen dan
dua variasi gradasi agregat serta kepadatan yang berbeda. Pada penelitian ini,
digunakan variasi kadar semen sebanyak 2%, 3%, dan 5%. Campuran dibuat
menggunakan variasi gradasi agregat berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga
Tahun 2018 Revisi 2 dengan prosedur pemadatan campuran sesuai SNI 1743:2008
dan FAA AC No: 150/5370-10G dengan prosedur pemadatan campuran sesuai
ASTM D558-11. Campuran CTB tersebut kemudian diuji kuat tekan, kuat lentur
dan modulus elastisitasnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian eksperimental di
laboratorium selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis struktur perkerasan
berdasarkan metode AUSTROADS 2017 dan juga dengan bantuan Program
CIRCLY 6.0, untuk mengetahui campuran CTB mana yang paling efektif untuk
digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa
kadar semen, dan gradasi agregat pada kepadatan tertentu memiliki pengaruh
terhadap kekuatan CTB. Kadar semen pada campuran CTB yang semakin tinggi
akan menghasilkan kuat tekan, kuat lentur dan modulus elastisitas yang semakin
tinggi akibat adanya peningkatan ikatan antar agregat dalam campuran.
Penambahan kadar semen pada CTB gradasi Bina Marga memberikan pengaruh
yang lebih signifikan terhadap kekuatan CTB, apabila dibandingkan dengan CTB
gradasi FAA. Berkaitan dengan adanya pembatasan nilai kuat tekan yang
ditentukan spesifikasi, maka penambahan kadar semen perlu dilakukan dengan
hati-hati terutama pada CTB gradasi Bina Marga. Gradasi agregat pada campuran
CTB merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi kekuatan CTB, karena
sangat mempengaruhi stiffness pada campuran CTB. Pada CTB gradasi Bina
Marga, stiffness dibangun oleh material agregat. Sedangkan pada CTB gradasi
FAA, material agregat cenderung memberikan sifat yang lentur karena lebih mudah
bergerak. Stiffness pada CTB gradasi FAA dibangun oleh semen sehingga lebih
mudah untuk dikendalikan.
Berdasarkan hasil analisis, penggunaan CTB efektif digunakan apabila tebal lapis
permukaan aspal yang digunakan ? 175 mm. CTB dengan gradasi FAA dan kadar
semen 5% lebih efektif untuk digunakan jika dibandingkan dengan CTB dengan
gradasi Bina Marga dan kadar semen 3%. Hal ini didukung dari hasil analisis
kekuatan CTB, analisis kegagalan struktur perkerasan, dan analisis biaya. Mengacu
pada hasil analisis hubungan kuat tekan, kuat lentur dan modulus elastisitas dapat
diketahui bahwa CTB gradasi FAA memiliki sifat yang lebih lentur. Kenaikan kuat
tekan yang sedikit akan meningkatkan kuat lentur yang cukup besar, sedangkan
kenaikan kuat lentur yang cukup besar tidak akan meningkatkan modulus elastisitas
terlalu tinggi. Hal ini mengakibatkan CTB gradasi FAA memiliki ketahanan yang
lebih baik terhadap kegagalan fatigue dan permanent deformation. Dari segi biaya,
CTB gradasi FAA juga memiliki nilai yang lebih ekonomis dibandingkan dengan
CTB gradasi Bina Marga. CTB dengan gradasi FAA dan kadar semen 5% ini
dinyatakan sebagai kombinasi campuran yang paling optimum untuk digunakan.
Campuran ini memiliki berat isi kering maksimum sebesar 1,9 ton/m3 dan kadar air
optimum sebesar 13%, sehingga menghasilkan kuat tekan umur 7 hari sebesar 3,28
MPa dimana nilai tersebut memenuhi rentang yang ditentukan FAA AC No:
150/5370-10G yaitu 2,758 hingga 5,516 MPa.