digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cement-Treated Base (CTB) merupakan lapis fondasi perkerasan jalan yang terdiri dari campuran material agregat atau tanah asli dengan air dan semen dalam kadar yang relatif rendah, kemudian mengeras setelah dilakukan pemadatan dan perawatan curing. Penelitian terkait CTB dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh variasi kadar semen, variasi gradasi agregat dan kepadatan campuran terhadap kuat tekan, kuat lentur, dan modulus elastisitas. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan analisis CTB sebagai bagian dari struktur perkerasan lentur serta analisis ketahanan struktur perkerasan terhadap kegagalan asphalt fatigue dan permanent deformation. Penelitian dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan membuat campuran CTB dengan tiga variasi kadar semen dan dua variasi gradasi agregat serta kepadatan yang berbeda. Pada penelitian ini, digunakan variasi kadar semen sebanyak 2%, 3%, dan 5%. Campuran dibuat menggunakan variasi gradasi agregat berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 dengan prosedur pemadatan campuran sesuai SNI 1743:2008 dan FAA AC No: 150/5370-10G dengan prosedur pemadatan campuran sesuai ASTM D558-11. Campuran CTB tersebut kemudian diuji kuat tekan, kuat lentur dan modulus elastisitasnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian eksperimental di laboratorium selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis struktur perkerasan berdasarkan metode AUSTROADS 2017 dan juga dengan bantuan Program CIRCLY 6.0, untuk mengetahui campuran CTB mana yang paling efektif untuk digunakan. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kadar semen, dan gradasi agregat pada kepadatan tertentu memiliki pengaruh terhadap kekuatan CTB. Kadar semen pada campuran CTB yang semakin tinggi akan menghasilkan kuat tekan, kuat lentur dan modulus elastisitas yang semakin tinggi akibat adanya peningkatan ikatan antar agregat dalam campuran. Penambahan kadar semen pada CTB gradasi Bina Marga memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap kekuatan CTB, apabila dibandingkan dengan CTB gradasi FAA. Berkaitan dengan adanya pembatasan nilai kuat tekan yang ditentukan spesifikasi, maka penambahan kadar semen perlu dilakukan dengan hati-hati terutama pada CTB gradasi Bina Marga. Gradasi agregat pada campuran CTB merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi kekuatan CTB, karena sangat mempengaruhi stiffness pada campuran CTB. Pada CTB gradasi Bina Marga, stiffness dibangun oleh material agregat. Sedangkan pada CTB gradasi FAA, material agregat cenderung memberikan sifat yang lentur karena lebih mudah bergerak. Stiffness pada CTB gradasi FAA dibangun oleh semen sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Berdasarkan hasil analisis, penggunaan CTB efektif digunakan apabila tebal lapis permukaan aspal yang digunakan ? 175 mm. CTB dengan gradasi FAA dan kadar semen 5% lebih efektif untuk digunakan jika dibandingkan dengan CTB dengan gradasi Bina Marga dan kadar semen 3%. Hal ini didukung dari hasil analisis kekuatan CTB, analisis kegagalan struktur perkerasan, dan analisis biaya. Mengacu pada hasil analisis hubungan kuat tekan, kuat lentur dan modulus elastisitas dapat diketahui bahwa CTB gradasi FAA memiliki sifat yang lebih lentur. Kenaikan kuat tekan yang sedikit akan meningkatkan kuat lentur yang cukup besar, sedangkan kenaikan kuat lentur yang cukup besar tidak akan meningkatkan modulus elastisitas terlalu tinggi. Hal ini mengakibatkan CTB gradasi FAA memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kegagalan fatigue dan permanent deformation. Dari segi biaya, CTB gradasi FAA juga memiliki nilai yang lebih ekonomis dibandingkan dengan CTB gradasi Bina Marga. CTB dengan gradasi FAA dan kadar semen 5% ini dinyatakan sebagai kombinasi campuran yang paling optimum untuk digunakan. Campuran ini memiliki berat isi kering maksimum sebesar 1,9 ton/m3 dan kadar air optimum sebesar 13%, sehingga menghasilkan kuat tekan umur 7 hari sebesar 3,28 MPa dimana nilai tersebut memenuhi rentang yang ditentukan FAA AC No: 150/5370-10G yaitu 2,758 hingga 5,516 MPa.