Reaktor nuklir berpendingin Pb-Bi cair merupakan salah satu kandidat penting
reaktor generasi ke IV yang memiliki kemampuan keselamatan inheren,
ekonomis, serta mampu membakar limbah nuklirnya sendiri. Namun reaktor ini
memiliki masalah yang harus dipecahkan berupa tingkat korosi baja oleh Pb-Bi
cair yang cukup tinggi. Terkait dengan hal ini, disertasi ini mengkaji
permasalahan korosi baja oleh Pb-Bi cair dengan menggunakan program
komputer yang bernama Moldy yang merupakan paket program dinamika
molekular yang dapat dipakai untuk mensimulasikan interaksi atau kontak antara
permukaan bahan Pb-Bi eutectic dengan permukaan sistem Fe. Studi ini dilakukan
untuk memahami fenomena korosi baja dalam Pb-Bi khususnya pada temperatur
tinggi.
Baja dan Pb-Bi cair merupakan salah satu material utama dalam reaktor pembiak
cepat (fast breeder reactor). Fenomena korosi baja dalam Pb-Bi cair banyak
diselidiki secara eksperimen, tetapi mekanisme interaksi bahan ini sampai sejauh
ini masih belum jelas. Oleh karena itu, interaksi antar atom-atom yang terlibat
dalam sistem yang ditinjau dikaji dalam penelitian ini. Proses difusi di antara
atom-atom merupakan kunci untuk memahami korosi secara mikroskopik.
Dalam simulasi ini potensial interaksi antara Pb-Pb, Bi-Bi, Fe-Fe, Cr-Cr dan Ni-
Ni diasumsikan memenuhi model potensial Lennard-Jones. Parameter-parameter
Lennard-Jones diperoleh dengan fitting data dari literatur. Algoritma Beeman
digunakan untuk memecahkan persamaan gerak dalam simulasi. Metoda daftar sel
(cell list) dipakai untuk mempercepat proses perhitungan gaya dan eksekusi
program. Sel simulasi dalam hal ini dipakai struktur BCC (Body Center Cubic)
untuk sistem Fe dan FCC (Face Center Cubic) untuk sistem Pb yang masingmasing
diisi oleh 2000 atom dan 864 atom. Atom-atom ketakmurnian atau
impuritas selanjutnya disubstitusikan ke dalam masing-masing struktur di atas
untuk membentuk baja dan Pb-Bi eutectic. Jenis baja yang disimulasikan dalam
studi ini adalah stainless steel 316 (SS 316). Kecepatan awal atom-atom dibuat
dengan generator random dan temperaturnya dikontrol menggunakan metoda
Nose-Hoover thermostat.
Fungsi distribusi radial hasil simulasi Dinamika Molekular terhadap sistem Fe
murni dan sistem Pb murni pada 1 mK menunjukkan posisi-posisi puncak kurva
utama yang muncul terletak pada posisi-posisi yang cukup bersesuaian dengan
hasil yang diperoleh secara teori. Perbedaan nilai posisi-posisi puncak kurva hasil
teori dengan hasil simulasi untuk sistem Fe rata-rata sebesar 0,5 %, sedangkan
untuk sistem Pb sebesar 0,66%. Dalam simulasi ini juga diperoleh hasil yang
menunjukkan kurva fungsi distribusi radial sistem Fe dan sistem Pb melebar dan
intensitasnya menjadi rendah dengan kenaikan temperatur. Hasil ini
mengindikasikan bahwa atom-atom pada temperatur tinggi, posisinya menjadi
tersebar dan susunannya menjadi acak.
Hasil simulasi kontak antara permukaan sistem Fe murni dengan permukaan
sistem Pb murni pada temperatur 773 K menunjukkan tidak terjadi penetrasi atom
Pb ke dalam matriks Fe, demikian pula atom Fe tidak ada yang masuk ke dalam
sistem Pb. Hal ini terjadi karena interaksi potensial pasangan Fe-Fe lebih kuat dari
interaksi potensial pasangan Pb-Pb, sehingga sukar ditembus oleh atom-atom Pb.
Susunan atom-atom sistem Pb pada temperatur ini menjadi tidak teratur karena
sudah berfasa cair. Sedangkan simulasi Dinamika Molekular terhadap bahan Fe-
10%Ni, Fe-16%Cr dan Fe-10%Ni-16%Cr yang mengalami kontak dengan bahan
Pb murni pada temperatur 773 K mengakibatkan sebagian atom-atom Pb dapat
berdifusi terhadap sistem di atas. Adanya atom-atom yang berdifusi ke dalam
sistem Fe menunjukkan bahwa korosi dapat terjadi pada sistem Fe pada
temperatur tersebut.
Simulasi dilakukan juga terhadap kontak antara permukaan sistem Fe dengan
permukaan Pb-Bi sebagai fungsi temperatur. Komposisi Pb-Bi dalam simulasi ini
dibuat dengan komposisi 50%Pb-50%Bi dan 45%Pb-55%Bi sedangkan sistem Fe
yang dipakai adalah Fe-10%Ni-16%Cr yang merupakan model pendekatan untuk
SS 316. Hasil yang diperoleh adalah Pb dan Bi dapat berdifusi ke dalam sistem Fe
dan kedalaman penetrasinya meningkat dengan kenaikan temperatur. Peristiwa ini
terjadi baik pada komposisi 50%Pb-50%Bi dan 45%Pb-55%Bi.
Variasi kandungan krom dalam sistem Fe-10%Ni-Cr yang berinteraksi dengan
45%Pb-55%Bi memperlihatkan bahwa kedalaman penetrasi terendah atom Pb dan
Bi pada temperatur 773 K masing-masing terjadi pada Fe-10%Ni yang
mengandung krom sebesar 16% dan 15%.