digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Randy Hadinata Lesmana
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia sebagai negara dengan keberagaman etnis memiliki kekayaan budaya yang membentuk identitas nasional. Budaya tidak bisa berdiri sendiri tanpa manusia sebagai pendukungnya sehingga terdapat hubungan dialetika antara manusia dan kebudayaan. Akan tetapi, dunia sekarang sedang dihadapi oleh fenomena globalisasi yang menyebabkan integrasi internasional akan pandangan, produk, pemikiran, dan kebudayaan. Integrasi nasional ini menyebabkan terjadinya degradasi budaya lokal sehingga menjadi hilangnya identitas lokal. Kota Bengkul, memiliki kekayaan budaya yang bernilai. Namun, kekayaan tersebut tidak direspon dengan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Indeks Pembangunan Kebudayaan 2020, Bengkulu memiliki penurunan dan nilai terendah pada kategori ekspresi budaya dan ekonomi budaya. Rendahnya nilai tersebut diakibatkan kurangnya partisipasi, minat, dan kepedulian masyarakat terhadap budaya lokalnya serta kurangnya dukungan pemerintah terhadap kegiatan budaya. Permasalahan tersebut direspon dengan mencanangkan proyek arsitektur yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Bengkulu dengan generasi muda sebagai pelaku utamanya demi mempertahankan identias lokal. Selain itu, proyek ini juga menjadi ruang pariwisata baru sehingga berkontribusi untuk ekonomi lokal dan pengenalan budaya-budaya Bengkulu yang lebih baik. Proyek ini berlokasi di Kota Bengkulu dengan luas lahan sebesar 7000 m2 dan diprakarsai oleh Dinas Pariwisata Kota Bengkulu yang juga sedang memajukan ekonomi kreatif dan budaya Kota Bengkulu. Sehingga dirumuskan visi dari proyek ini adalah “Menghadirkan pusat kebudayaan sebagai wadah pelestarian, ekspresi, pengembangan, dan ekonomi budaya lokal sebagai identitas masyarakat Bengkulu yang berkelanjutan”. Proyek dirancang menggunakan konsep Arsitektur Regionalisme sehingga membentuk massa dan ekspresi yang menjadi identitas lokal. Identitas yang diekspresikan terinspirasi dari Rumah Bubungan Lima sebagai rumah adat resmi Bengkulu dan bunga Rafflesia sebagai flora asli dari Bengkulu. Pusat kebudayaan yang dirancang memiliki maksimal tiga lantai yang mewadahi berbagai aktivitas kebudayaan. Dari pusat kebudayaan yang dirancang, pusat kebudayaan ini diharapkan dapat menjadi katalis pengembangan kebudayaan di Kota Bengkulu dan meningkatkan daya tarik wisata budaya Kota Bengkulu.