2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-COVER
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 1
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 2
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 3
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 4
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 5
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 6
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-BAB 7
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANDRIE ADITYA TIRTASUSILO 1-PUSTAKA
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Kartu Obat merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung untuk menggantikan fungsi resep. Sistem ini memiliki beberapa
modifikasi dari resep dengan tujuan mengusahakan sistem obat satu pintu, penjaminan
kualitas obat, dan penjaminan rekaman penggunaan obat. Penelitian terhadap sistem ini
perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sistem dapat menggantikan atau
menyempurnakan sistem resep. Selain itu juga diadakan penelitian untuk mengetahui
kelemahan sistem untuk dicari solusinya. Penelitian diawali dengan studi pendahuluan,
pembandingan antara kartu obat dan resep, pengamatan pada depo farmasi yang
menggunakan sistem Kartu Obat (Ruang 17), penyusunan pertanyaan dan wawancara,
analisis data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kartu Obat
memiliki 6 dari 8 komponen utama resep menurut pustaka, yaitu institusi penulis resep,
data pasien, tanggal, nama obat, aturan pakai, paraf penulis resep. Selain itu, ditemukan
kelemahan dalam sistem yang dapat menyebabkan terjadinya 17,65% kasus
ketidaksesuaian penggunaan jenis administrasi kartu obat dan 63,24% kasus pengisian
Kartu Obat yang tidak lengkap dari total kartu obat yang diamati. Bagian dari kartu obat
yang paling sering tidak diisi adalah kolom diagnosis (57,35%) dan keterangan
kamar/tempat tidur (51,47%). Ditemukan juga penggunaan 2 format angka yang berbeda
(arab dan romawi) yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pembacaan Kartu
Obat. Dari hasil analisis wawancara, sebanyak 71,43% anggota keluarga pasien di ruang
17 menyatakan bahwa Kartu Obat tidak mempengaruhi proses penebusan obat. Sementara
89,47% perawat di ruang 17 berpendapat bahwa kartu obat mempermudah tugasnya dan
84,21% dari jumlah tersebut beralasan bahwa Kartu Obat mempermudah pengontrolan
terapi. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa dari sisi bentuk, Kartu Obat dapat
menggantikan fungsi-fungsi utama resep, namun masih terdapat kelemahan yang dapat
menyebabkan personel medis untuk tidak melaksanakan sistem Kartu Obat sebagaimana
mestinya.