digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Agnes Giovanni Marsius
PUBLIC yana mulyana

Manosa dengan kemampuannya dalam berikatan dengan reseptornya dapat menginduksi terjadinya endositosis maupun jalur persinyalan tertentu. Hal ini menjadikan manosa berpotensi dimanfaatkan sebagai ligan penghantaran obat tertarget. Penelitian terkait aktivitas obat saat ini terbatas pada studi in vitro yang kurang menggambarkan kompleksitas komunikasi antar sel serta studi in vivo yang memerlukan subjek hewan yang relatif banyak. Pada penelitian ini dikembangkan metode Precision Cut Tissue Slices (PCTS) sebagai studi ex vivo yang menjembatani studi in vitro dan in vivo. Proses pengirisan maupun inkubasi jaringan dilakukan untuk menghasilkan jaringan yang tetap hidup. Viabilitas jaringan diukur melalui kadar ATP per protein serta melalui pewarnaan dengan biru tripan menghasilkan jaringan hati dan limpa tikus yang tetap hidup hingga inkubasi selama 24 jam dengan viabilitas optimal pada kondisi 2 jam inkubasi. Pewarnaan dengan hematoksilin-eosin menunjukkan keutuhan sel pada jaringan utuh dan irisan jaringan hati dan limpa tikus. Pengujian terkait penghantaran protein terapeutik menggunakan ligan manosa dilakukan secara imunohistokimia. Protein Abmb yang terkonjugasi manosa dapat berikatan dengan reseptor manosa dilihat dari intensitas fluoresensi yang turun hingga 80%. Pemodelan tikus steatosis juga berhasil dilakukan dengan pemberian makanan tinggi lemak selama 7 hari dan dilanjutkan pemberian etanol 5 g/kg berat badan secara intragastrik. Ekspresi reseptor manosa meningkat pada hati tikus steatosis hingga 40%. Peningkatan ekspresi reseptor ini berpotensi sebagai target penghantaran obat khususnya untuk penyakit steatosis dan inflamasi.