Dalam penelitian disertasi ini, pengaruh siklon tropis dan Madden Julian
Oscillation (MJO) terhadap potensi kejadian gelombang tinggi (> 2 m) di perairan
Indonesia bagian dalam telah dikaji dengan menggunakan data gelombang
hindcast hasil simulasi model gelombang Wavewatch III (WW3) dengan angin
permukaan cross-calibrated multi-platform (CCMP) sebagai masukan model
selama periode tahun 1988-2011 (24 tahun). Data hindcast selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan metode statistik.
Tinggi gelombang signifikan yang dihasilkan model WW3 di perairan Indonesia
bagian dalam menunjukkan kesesuaian yang baik ketika divalidasi terhadap data
buoy dari project Sea Watch Indonesia dan satelit altimetri Topex. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai bias dan RMSE yang rendah. Validasi terhadap data
buoy menghasilkan nilai bias (0,12 - 0,21 m) dan RMSE (0,14 – 0,26 m),
sedangkan validasi terhadap data satelit altimetri nilainya masing-masing adalah
0,02 - 0,06 m (bias) dan 0,2 – 0,5 m (RMSE). Tinggi gelombang signifikan hasil
luaran model sesuai dengan pola data pengamatan, terutama untuk ketinggian >
dari 1,0 m. Namun, validasi hasil model kurang baik untuk tinggi gelombang <
1,0 m, khususnya di perairan dekat pantai. Walaupun demikian, karena pada
penelitian ini fokus kajiannya pada kejadian gelombang tinggi > 2,0 m, maka data
gelombang hindcast dari simulasi model WW3 ini valid untuk digunakan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi gelombang di perairan
Indonesia bagian dalam lebih dipengaruhi oleh ombak (wind sea) dibandingkan
oleh alun (swell), hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasi antara kecepatan
angin lokal dengan tinggi gelombang di perairan Indonesia bagian dalam
mencapai 0,8. Panjang fetch dan durasi tiupan angin lokal yang terkait dengan
monsun sangat mempengaruhi besarnya tinggi gelombang yang terjadi. Intensitas
tinggi gelombang pada periode monsun Asia (Desember-Januari-Februari / DJF)
dan monsun Australia (Juni-Juli-Agustus / JJA) lebih tinggi dibandingkan pada
musim peralihan, yaitu bulan Maret-April-Mei (MAM) dan September-Oktober-
November (SON). Gelombang dengan ketinggian ? 3 m berpotensi terjadi pada
ii
periode DJF di perairan Indonesia bagian dalam, seperti Laut Jawa, Laut Flores,
Laut Banda, dan Laut Arafuru.
Analisis lebih lanjut telah dilakukan untuk memahami bagaimana atau kapan
modulasi oleh siklon tropis dan MJO terhadap monsun dapat memodifikasi
panjang dan durasi fetch yang dapat mempengaruhi terjadinya gelombang tinggi
tinggi di perairan Indonesia bagian dalam. Dari hasil analisis diketahui bahwa
siklon tropis yang tumbuh di utara perairan Indonesia (Samudra Pasifik Barat
Laut) dapat berdampak terhadap pembentukan gelombang tinggi di perairan
Indonesia bagian dalam jika memenuhi kriteria: (1) periode kejadian siklon pada
bulan Juli dan Agustus; (2) kategori kekuatan siklon ? 4 (kec. angin maksimum:
70 m/s) ; dan (3) jalur lintasan siklon ke utara menuju Laut China Timur.
Sementara itu, untuk siklon tropis yang tumbuh di selatan perairan Indonesia
(Samudra Hindia), kriteria yang harus dipenuhi adalah: (1) siklon terjadi pada
periode DJF; (2) kategori kekuatan siklon ? Tropical Storm (TS / kec. angin
maksimum: 32 m/s); dan (3) jalur lintasan siklon menuju pantai Barat Australia
(Samudra Hindia Tenggara).
Hasil analisis selanjutnya menemukan bahwa MJO juga berdampak terhadap
pembentukan gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam apabila dalam
kondisi: (1) MJO berada pada fase 5; (2) periode kejadian DJF; (3) indeks MJO
? 2; dan (4) durasi MJO lebih dari 5 hari. MJO yang memenuhi kriteria tersebut
akan semakin kuat pengaruhnya jika pada saat yang bersamaan tumbuh siklon
tropis di Samudra Hindia dengan arah lintasan menuju pantai barat Australia
(Samudra Hindia Tenggara). Namun sebaliknya, jika MJO tersebut terjadi pada
periode JJA justru akan melemahkan intensitas gelombang, walaupun pada saat
yang sama tumbuh siklon di utara perairan Indonesia (Samudra Pasifik Barat
Laut).
Kesimpulan umum disertasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Kejadian
gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam dipengaruhi oleh monsun
sebagai pembangkit utama yang diperkuat oleh siklon tropis yang jauh (remote
tropical cyclone) dan MJO pada fase 5. Interaksi tersebut dapat dipakai dalam
menduga potensi kejadian gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam.