Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah Aspal Pulau Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan sebutan asbuton. Berdasarkan penelitian dari Pusjatan pada tahun 2011 jumlah sumber material asbuton berjumlah hampir 662 ton. Pada tahap awal pelaksanaan penggunaan asbuton digunakan jenis asbuton butir. Pada persobaan konstruksi jalan tahun 2008 sampai dengan 2010 terdapat beberapa kerusakan seperti pengelupasan butir, deformasi plastis, dan retak. Selain pengelupasan lapis asbuton dari lapis agregat, pelepasan agregat dari perkerasan juga mudah sekali terjadi pada ruas jalan tersebut. Selain itu, kadar air yang cukup tinggi yang terkandung dalam asbuton disinyalir juga memberikan kontribusi terjadinya kerusakan berupa pengelupasan tersebut.
Jenis campuran beraspal yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran lapis aus AC-WC (Asphaltic Concrete Wearing Course). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja modulus resilien dan ketahanan fatigue dari campuran beraspal AC-WC dengan menggunakan asbuton murni, BNA Blend, dan aspal pen. 60/70. Sesuai dengan hasil pengujian karakteristik aspal yang telah dilakukan, asbuton murni dan BNA Blend memiliki nilai penetrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan aspal pen. 60/70. Karakteristik aspal diuji dengan menggunakan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 dan Standar Nasional Indonesia 9096:2022. Untuk mengetahui kinerja dari campuran beraspal panas dilakukan pengujian dengan menggunakan metode Marshall, modulus resilien dengan menggunakan alat UMATTA, dan pengujian ketahanan terhadap retak lelah dengan menggunakan alat Beam Fatigue Apparatus.
Hasil pengujian stabilitas menunjukkan bahwa campuran dengan BNA Blend mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu 1432 kg, berbanding 1310 kg pada campuran dengan asbuton murni, dan berbanding 1209 kg pada campuran dengan aspal pen. 60/70. Stabilitas pada campuran beraspal panas AC-WC dengan BNA Blend memiliki nilai yang paling tinggi, hal ini dapat terjadi karena dalam kandungan aspal masih terdapat mineral dan nilai penetrasi yang rendah sehingga memberikan dukungan terhadap peningkatan stabilitas. Hasil pengujian modulus resilien pada campuran dengan asbuton murni dan BNA Blend memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan aspal pen. 60/70 pada suhu 25 °C dan 35 °C, dan hampir setara pada suhu 45 °C. Hal ini menunjukkan bahwa campuran beraspal panas AC-WC dengan menggunakan asbuton murni dan BNA Blend pada temperatur 25 °C dan 35 °C memiliki kemampuan menahan deformasi yang lebih baik daripada campuran beraspal panas AC-WC dengan aspal pen. 60/70. Tetapi pada temperatur 45 °C nilai modulus resilien dari ketiga jenis campuran berapal AC-WC tidak berbeda jauh. Berdasarkan hasil pengujian ketahanan retak lelah (fatigue) campuran beraspal panas AC-WC dengan asbuton murni memiliki ketahanan retak lelah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan campuran beraspal panas AC-WC dengan aspal pen. 60/70. Tetapi berbeda dengan hasil pada campuran beraspal panas AC-WC dengan menggunakan BNA Blend yang memiliki ketahanan retak lelah yang paling tinggi. Hal tersebut dimungkinkan karena BNA Blend masih mengandung mineral dan terdapat bahan tambah yang mengakibatkan aspal tersebut memiliki kelenturan yang tinggi.
Sesuai dengan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, secara umum campuran beraspal panas AC-WC dengan BNA Blend cenderung lebih unggul dibandingkan dengan campuran beraspal panas AC-WC yang menggunakan aspal pen.60/70 dan asbuton murni. Dimana secara parameter modulus campuran beraspal tersebut memiliki kekakuan yang dapat menahan deformasi lebih baik dan pada pengujian fatigue memiliki umur kelelahan yang lebih tinggi.