digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Endapan mineral porfiri tembaga Batu Hijau terletak di sebelah baratdaya dari Pulau Sumbawa, Indonesia dan secara geografis terletak pada lintang selatan. 08O57’55” lintang selatan serta 116O52’21” bujur timur. Endapan ini merupakan salah satu endapan tembaga kelas dunia, dengan cadangan jutaan ton. Batuan pembawa mineralisasi di daerah ini adalah batuan tonalit yang terbagi menjadi 2 fase umur yaitu tonalit porfir 1 dan tonalit porfir 2, dimana intrusi selanjutnya akan mengurangi kandungan mineralisasi yang sebelumnya telah ada. Batuan-batuan tersebut kemudian menerobos batuan dinding yang terdiri dari satuan batuan volkaniklastik dan satuan batuan diorit. Alterasi yang berkembang di daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 , yaitu zona rangkaian mineral kuarsa-biotit-magnetit dan zona rangkaian mineral klorit-kalsitserisit- kuarsa. Ketiga zona ini mempengaruhi karakteristik mineralisasi yang berlangsung. Terdapat 6 tipe vein, dari urutan tua ke muda antara lain vein tipe 1 (Kuarsa+magnetit+biotit), vein tipe 2 (kuarsa+bornit+magnetit+biotit), vein tipe 3 (Kuarsa+bornit+kalkopirit±magnetit), vein tipe 4 (Kuarsa+Kalkopirit±magnetit), vein tipe 5 (kuarsa+kalkopirit+pirit), vein tipe 6 (kuarsa+pirit). Mineralisasi bijih ekonomis berhubungan dengan vein tipe 2,3, 4 dan 5. Variasi kadar Cu dan Au dipengaruhi oleh perubahan zona alterasi. Zona alterasi potasik merupakan zona bijih utama, terutama pada tepian intrusi. Sedangkan pada zona filik mineralisasi cenderung melemah. Evolusi endapan porfiri Cu-Au Batu Hijau terbentuk atas 3 tahap pembentukan mengacu pada Corbett dan Leach (1998)