Endapan mineral porfiri tembaga Batu Hijau terletak di sebelah baratdaya dari
Pulau Sumbawa, Indonesia dan secara geografis terletak pada lintang selatan.
08O57’55” lintang selatan serta 116O52’21” bujur timur. Endapan ini merupakan
salah satu endapan tembaga kelas dunia, dengan cadangan jutaan ton. Batuan
pembawa mineralisasi di daerah ini adalah batuan tonalit yang terbagi menjadi 2
fase umur yaitu tonalit porfir 1 dan tonalit porfir 2, dimana intrusi selanjutnya akan
mengurangi kandungan mineralisasi yang sebelumnya telah ada. Batuan-batuan
tersebut kemudian menerobos batuan dinding yang terdiri dari satuan batuan
volkaniklastik dan satuan batuan diorit.
Alterasi yang berkembang di daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 , yaitu zona
rangkaian mineral kuarsa-biotit-magnetit dan zona rangkaian mineral klorit-kalsitserisit-
kuarsa. Ketiga zona ini mempengaruhi karakteristik mineralisasi yang
berlangsung.
Terdapat 6 tipe vein, dari urutan tua ke muda antara lain vein tipe 1
(Kuarsa+magnetit+biotit), vein tipe 2 (kuarsa+bornit+magnetit+biotit), vein tipe 3
(Kuarsa+bornit+kalkopirit±magnetit), vein tipe 4 (Kuarsa+Kalkopirit±magnetit),
vein tipe 5 (kuarsa+kalkopirit+pirit), vein tipe 6 (kuarsa+pirit). Mineralisasi bijih
ekonomis berhubungan dengan vein tipe 2,3, 4 dan 5.
Variasi kadar Cu dan Au dipengaruhi oleh perubahan zona alterasi. Zona alterasi
potasik merupakan zona bijih utama, terutama pada tepian intrusi. Sedangkan pada
zona filik mineralisasi cenderung melemah. Evolusi endapan porfiri Cu-Au Batu
Hijau terbentuk atas 3 tahap pembentukan mengacu pada Corbett dan Leach (1998)