digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Anggi Setiadi
PUBLIC yana mulyana

Chronic kidney disease atau CKD adalah penurunan progresif fungsi ginjal (penurunan sejumlah fungsi nefron) yang terjadi lebih dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Prevalensi CKD memiliki trend untuk terus meningkat seiring bertambahnya populasi geriatri, penderita diabetes mellitus, hipertensi dan tingkat mortalitas dari CKD juga meningkat. Masalah medis yang kompleks umumnya ditemui pada pasien dengan diagnosa CKD baik dengan komorbid atau tanpa komorbid, sehingga hal ini rentan menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan obat yang dapat mempengaruhi hasil terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menilai kejadian masalah terkait obat potensial pada pasien CKD dengan atau tanpa penyakit komorbid. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif dengan rancangan cross sectional secara prospektif dengan melihat data rekam medik pasien selama periode Mei 2022-Juli 2022. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode non-probability sampling yaitu total sampling, dengan jumlah sampel 76 pasien. Kriteria inklusi adalah pasien baru masuk rawat inap dengan diagnosis CKD, dan dengan atau tanpa penyakit komorbid, Berusia diatas 18 tahun (pria/wanita), Memiliki LFG <60 mL mnt/ 1,73 m2, sedangkan kriteria eksklusi meliputi pasien dengan rekam medis tidak lengkap atau tidak terbaca. Klasifikasi Drug’s Related Problems (DRPs) menggunakan Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) versi 9.1. Hasil analisis DRPs potensial menunjukkan bahwa terdapat terdapat 4 kasus indikasi tidak diobati (5,26%), 70 kasus interaksi obat potensial (93,33%), 67 kasus polifarmasi (88,16%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa diagnosis penyakit dan jumlah obat secara signifikan meningkatkan kejadian DRPs pada pasien (p<0.05). Analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel diagnosis penyakit dan jumlah obat terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kejadian DRPs pada pasien (p < 0.05), dengan hasil Odds Ratio (OR) variabel jumlah obat yaitu 2,618 artinya pasien dengan penyakit CKD yang mendapatkan jumlah obat banyak (polifarmasi) memiliki peluang resiko 2-3 kali terhadap terjadinya DRPs, begitupun pada hasil OR variabel jumlah diagnosa penyakit yaitu 2,382 artinya pasien dengan penyakit CKD yang mendapatkan multi diagnosa memiliki peluang resiko 2 kali terhadap terjadinya DRPs.