BAB 1 Aura Dwi Saputri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Aura Dwi Saputri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Aura Dwi Saputri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Aura Dwi Saputri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Aura Dwi Saputri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Aura Dwi Saputri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Melalui perjanjian paris, Indonesia bersama dengan negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berkomitmen untuk menahan laju kenaikan suhu rata-rata global dibawah 2oC. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu mengurangi emisi karbondioksida dengan transisi pengembangan kendaraan listrik. Pengolahan nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik dilakukan melalui jalur hidrometalurgi. Namun, pada pengolahan nikel tersebut dihasilkan residu pelindian dalam jumlah yang besar dengan kadar besi 39,48% dan sulfur 1,55%. Kadar sulfur pada residu pelindian harus dihilangkan hingga kurang dari 0,01% agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri besi dan baja. Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang menghasilkan produk samping berupa cangkang kelapa sawit. Penelitian ini memanfaatkan cangkang kelapa sawit sebagai reduktor dalam reduksi besi oksida dari residu pelindian bijih nikel laterit untuk menghasilkan logam besi.
Pemanggangan pada temperatur 1000-1200oC selama 4 jam dilakukan untuk mengurangi kadar sulfur dalam residu pelindian. Sampel awal dan sampel setelah pemanggangan 1100oC dicampur dengan reduktor cangkang kelapa sawit (CKS) dan dibuat menjadi briket. Variasi reduktor cangkang kelapa sawit yang digunakan sebesar 25% dan 50% sedangkan variasi temperatur reduksi yaitu 1000, 1100, 1200, 1300, 1400, dan 1450oC. Sampel hasil reduksi dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) untuk mengetahui komposisi kimia pada fasa logam dan terak.
Temperatur pemanggangan berpengaruh terhadap penurunan kadar sulfur dari 1,55% menjadi 0% pada temperatur 1100oC. Peningkatan temperatur reduksi dapat meningkatkan kadar Fe dan menurunkan kadar S di logam. Kadar Fe di terak menurun dengan semakin meningkatnya temperatur reduksi sedangkan kadar S di terak cukup rendah pada setiap profil temperatur reduksi. Pada temperatur reduksi 1450oC dan 25% CKS untuk sampel awal memiliki kadar Fe 95,56% dan S 0,45% sedangkan sampel setelah pemanggangan 1100oCmemiliki kadar Fe 94,19% dan S 0,02%. Penambahan reduktor CKS sebesar 25% pada sampel awal membuat kadar Fe dan S rata rata yaitu 94,88% dan 0,92% sedangkan pada sampel pemanggangan 1100oC kadar Fe dan S rata-rata yaitu 95,76% dan 0,01%. Peningkatan reduktor CKS 50% pada sampel awal dapat menurunkan kadar Fe di logam sedangkan pada sampel setelah pemanggangan 1100oC penambahan reduktor CKS 50% dapat meningkatkan kadar S pada logam.