digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Estrela Bellia Muaja
PUBLIC Irwan Sofiyan

Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mencapai 7 gigawatt pada tahun 2025. Demi mencapai target dalam pengembangan energi panas bumi, berbagai upaya dalam eksplorasi dan optimalisasi PLTP yang telah beroperasi terus dilakukan mengingat potensi panas bumi Indonesia mencapai 23,8 gigawatt sedangkan relisasinya baru mencapai 2,1 Gigawatt (HEESI, 2020). Uap panas bumi yang digunakan sebagai fluida kerja PLTP mengandung noncondensable gas (NCG) yang terlarut sebesar 0–25% dari berat uap. Oleh sebab itu diperlukan gas removal system (GRS) untuk mengekstraksi NCG dari kondensor agar kevakuman kondensor terjaga. Kinerja GRS akan menurun apabila terjadi kenaikan tekanan operasi kondensor yang disebabkan oleh penambahan uap masuk turbin. Oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai kinerja GRS saat terjadi kenaikan tekanan operasi kondensor. Metode yang digunakan adalah metode simulasi dari pemodelan matematis yang disusun dengan menggunakan program. Saat terjadi kenaikan tekanan operasi kondensor, maka seluruh tekanan kerja GRS ikut meningkat. Pada rentang tekanan kondensor 0,11–0,2 bar peningkatan tekanan intercondenser (IC) dari 0,3877 bar menjadi 0,4126 bar sedangkan peningkatan tekanan aftercondenser (AC) dari 0,8818 bar menjadi 0,8911 bar. Kenaikan tekanan IC dan AC mengakibatkan kenaikan tekanan suction dan discharge yang akan membengaruhi kondisi critical flow yaitu nilai compression ratio (Cr) dan expansion ratio (Er) di bawah 2. Pengaturan laju alir massa air pendingin diperlukan saat terbentuk kesetimbangan yang baru pada tekanan kerja yang lebih tinggi. Semakin tinggi tekanan, perubahan laju alir massa semakin kecil sehingga temperatur kondensat meningkat.