digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Deyan Rianto
PUBLIC Alice Diniarti

Indonesia memiliki potensi energi panas bumi lebih dari 23,9 GW[1], [2]. Jumlah tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia[2]. Energi panas bumi menjadi salah satu tumpuan Indonesia dalam upaya meningkatkan bauran energi terbarukan. Dalam pemanfaatannya terdapat perbedaan metode dengan PLTU. Perbedaan utama yaitu PLTP terdapat gas removal system (GRS). GRS diperlukan untuk mengeluarkan non condensable gas (NCG) pada kondensor. Kinerja GRS dapat menurun akibat penyumbatan pada after-condenser (AC). Kondisi tersebut mengakibatkan kondensasi uap berkurang, sehingga tekanan AC bertambah. Kinerja steam jet ejector (SJE) terganggu dan menyebabkan tekanan inter-condenser (IC) dan kondensor utama meningkat karena NCG tidak terhisap seluruhnya. Fenomena tersebut terus berlangsung hingga terbentuk kesetimbangan yang baru dengan tekanan kondensor, IC, dan AC yang lebih tinggi. Kenaikan tekanan AC sebesar 0,03 bar mengakibatkan kenaikan tekanan IC dan kondensor sebesar 0,018 bar dan 0,01 bar. Studi ini membuat model perhitungan laju massa air pendingin akibat penyumbatan AC. Tekanan kerja yang lebih tinggi memerlukan laju massa air pendingin IC dan AC yang lebih sedikit.Kenaikan tekanan kondensor juga mengganggu kinerja turbin. Daya turbin berkurang hingga 3%, atau sebesar 1820 kW saat tekanan kondensor mencapai 0,128 bar.