digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

FITA TRI WANTIKA.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Penanganan sampah dengan cara landfill atau lahan-urug merupakan penanganansampah utama yang diterapkan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Meskipunpenerapannya mudah, landfill dapat berkontribusi terhadap dampak lingkunganakibat dari emisi gas metan serta lindi yang ditimbulkan. Kawasan PerkotaanYogyakarta sebagai kota pelajar dan wisata mengalami pertumbuhan pendudukyang semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menambah jumlah sampahyang harus diolah menggunakan landfill. Tantangan menggunakan landfill lainnyayaitu ketersediaan lahan. Sampah dengan jumlah yang banyak memerlukan lahanurug yang luas. Hal tersebut menjadi dasar perlunya alternatif lain penanganansampah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi sistem penanganan sampah di TPA Piyungan Yogyakarta menggunakan metodeLife Cycle Assessment (LCA) pada sistem pengangkutan dan pengolahan sampah. Metode LCA yang dilakukan mengacu pada ISO 14040:2006 dengan kategori dampak lingkungan yang diukur yaitu global warming potential (GWP), acidification potential (AP), eutrophication potential (EP), dan human toxicitypotential (HTP). Inventori diperoleh melalui studi literatur, observasi, wawancara, dan data sekunder dari pemerintah setempat. Metode Thornthwaite digunakanuntuk memprediksi jumlah debit lindi dari TPA. Perhitungan dampak lingkungandilakukan menggunakan software OpenLCA 1.11 dengan faktor karakterisasi CML-IA baseline. Hasil inventori menunjukkan emisi terbesar yang dihasilkanpada penanganan sampah eksisting dengan landfill di TPA Piyungan adalahemisi CH4 sebesar 45,6 kg/ton sampah. Hal ini dikarenakan kondisi anaerobikpadaTPA. Selain emisi CH4, landfill juga mengemisikan senyawa asamdan sejumlahlogam berat ke lingkungan. Tidak berfungsinya Instalasi Pengolah Lindi (IPL) menambah beban emisi yang dilepaskan ke lingkungan semakin besar. Skenario1yang terdiri dari penanganan dengan TPS 3R dan open dumping landfill memberikan dampak GWP sebesar 989 ton CO2 eq/hari, dampak APsebesar 0,071 ton SO2 eq/hari, dampak EP sebesar 14 ton PO4 3- eq/hari, dan dampakHTPsebesar 25 ton 1,4-DB eq/hari. Skenario 2 yang terdiri dari penanganan denganTPS 3R dan sanitary landfill memberikan dampak GWP sebesar 456 tonCO2 eq/hari, dampak AP sebesar 0,064 ton SO2 eq/hari, dampak EP sebesar 684kgPO4 3- eq/hari, dan dampak HTP sebesar 2 ton 1,4-DB eq/hari. Skenario 3yangterdiri dari penanganan dengan insinerasi tanpa TPS 3R memberikan dampak GWP sebesar 104 ton CO2 eq/hari, dampak AP sebesar 0,056 ton SO2 eq/hari, dampak EP sebesar 15 kg PO4 3- eq/hari, dan dampak HTP sebesar 106 ton 1,4-DBeq/hari. Hasil analisis menunjukkan bahwa skenario 3 memberikan dampak yangpaling kecil apabila menambahkan flue gas cleaning (FGC) untuk mengendalikanemisi SO2 dan NOx.