digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Zeolita Aprilian
PUBLIC Irwan Sofiyan

Gunung merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia, dengan periode letusan Gunung Merapi yaitu 4 (empat) tahun sekali, letusan pada tahun 2010 letusan besar dengan kala ulang 100 tahun sekali. Letusan tahun 2010 mengeluarkan sedimen material pasir dan batu sebanyak 140 juta m3, material tersebut bersama turunnya hujan terdistribusi pada 15 (lima belas) sungai yang berhulu di Gunung Merapi, salah satunya adalah Sungai Pabelan. Berdasarkan peta potensi lahar dari BNPB tahun 2010, Sungai Pabelan berpotensi menerima 24 juta m3 lahar letusan Gunung Merapi. Untuk meminimalisir kerugian dan sebagai upaya mitigasi bencana erupsi, BBWS Serayu Opak tahun 2022 melakukan pembangunan Sabo Dam PA-C Menayu di Sungai Pabelan. Pada studi ini dilakukan penelitian untuk mengkaji efektifitas pengendalian sedimen di Sungai Pabelan sebelum dan setelah adanya Sabo Dam baru terbangun. Perhitungan hidrologi dilakukan dengan HEC-HMS dan analisis topografi menggunakan ArcGIS 10.6.1, analisis hidraulika 2D dengan bantuan HEC-RAS 6.3.1 dengan fitur Non-Newtonian dan Kanako 1.44 untuk analisis erosi dan sedimentasi. Banjir debris dibangkitkan dari data curah hujan harian, dan kejadian banjir debris 3 Februari 2011 digunakan untuk menentukan parameter kalibrasi hasil analisis erosi dan sedimentasi dengan data geometri sungai tahun 2020. Hasil penelitian diperoleh Aliran debris 3 Februari 2011 disebabkan oleh curah hujan 96 mm yang berada di bawah periode ulang 2 tahun 117.814 mm. Berdasarkan hasil analisis erosi dan sedimentasi, pada penampang memanjang sungai menunjukan terjadinya perubahan dasar saluran dari hulu hingga hilir Sungai Pabelan yaitu sedimentasi yang cukup massive pasca erupsi Gunung Merapi sebesar 1 – 17 m. Hasil analisis sedimentasi dan erosi 1D, penambahan pembangunan Sabo Dam menjadi 24 Sabo Dam efektif mampu menahan sedimen di Sungai Pabelan, dan memperkecil jumlah sedimentasi yang melimpas ke hilir yaitu sebesar 0.7 %. Prosentase pengurangan sedimentasi tersebut tidak cukup signifikan diakibatkan kondisi Sabo Dam bagian hulu yang sudah terisi penuh, oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk maemaksimalkan fungsi bangunan Sabo Dam. Penambahan pembangunan Sabo Dam dari 22 Sabo menjadi 24 Sabo Dam efektif mengurangi potensi aliran banjir debris sebagai langkah mitigasi bencana yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Merapi hal ini dilihat dari hasil permodelan 2D skenario 1 dan skenario 2 pada titik pengamatan 1 dan 2 (area permukiman), kondisi saluran masih mampu menampung aliran debris dan tidak ada limpas.