Sungai Yeh Sah merupakan sungai yang terdampak paling parah akibat banjir
debris hasil erupsi Gunung Agung pada 2017 – 2019. Pasca erupsi terakhir pada
2019, masih ditemukan sejumlah material hasil erupsi yang mengendap di lereng
Gunung Agung. Sungai Yeh Sah merupakan sungai orde ke tiga pada DAS Unda
dimana terdapat sejumlah bangunan yang fungsinya menurun akibat sedimentasi.
Menanggapi permasalahan ini, BWS Bali-Penida mengusulkan pembangunan 6
unit check dam dan 6 unit groundsill. Bangunan usulan ini masih bersifat basic
design sehingga penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan penanganan terbaik
yang dapat dijadikan dasar pengendalian sedimen pada Sungai Yeh Sah.
Banjir debris dibangkitkan dari data curah hujan harian. Analisis yang dilakukan
meliputi analisis topografi dengan ArcGIS 10.5, analisis hidrologi dengan
modifikasi NRCS-CN untuk hydrologic loss dan HSS SCS untuk perhitungan
hidrograf dengan HEC-HMS 4.10, analisis regime sungai dengan metode Lacey,
analisis hidraulika 2-D dengan fitur non-Newtonian pada HEC-RAS 6.3.1 dan
analisis erosi-sedimentasi aliran debris 1-D dengan Kanako 1.44E. Kejadian
banjir debris pada 27 November 2017 digunakan sebagai parameter kalibrasi
analisis hidrologi, hidraulika dan erosi-sedimentasi.
Hasil penelitian diperoleh penanganan yang paling efektif dalam mengkapasitasi
sisa material erupsi 2017-2019 dan aliran debris di masa mendatang yaitu
skenario 2, 1 unit sabo dam tipe tertutup tinggi 12 m di Sta. 0+550. Untuk
menstabilkan dasar sungai di bagian hilirnya diusulkan 4 unit ground sill tinggi
2.55 m, 2.25 m sebanyak 2 unit dan 2.7 m. Untuk kondisi banjir debris saat erupsi
di masa mendatang, skenario 2 lebih efektif dalam mereduksi tinggi sedimentasi
di bagian hilirnya dari pada model penanganan check dam berseri (skenario 1),
yaitu 0.1 - 6.7 m untuk Q100 serta 0.1 – 4.4 m untuk Q2 saat erupsi. Material
yang tertahan pada lokasi penanganan dengan skenario 2 untuk Q100 dan Q2 saat
erupsi yaitu 273,985.53 m3 dan 126,713.99 m3 lebih baik dari pada skenario 1
yaitu 272,160.56 m3 dan 122,852.70 m3. Material yang tertahan pada skenario 2
lebih mudah diakses untuk dilakukan kegiatan ekskavasi serta dapat melibatkan
aktivitas Galian C secara mekanis di hulu lokasi penanganan (sabo dam) untuk
memperkecil biaya dari kegiatan pemeliharaan.