Abstrak Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 1 Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 2 Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 3 Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 4 Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 5 Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Daftar Pustaka Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran Togar OS Doloksaribu 22006007.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Setiap batuan memiliki nilai resistivitas yang berbeda, tergantung pada jenis mineral,
porositas, dan kandungan fluida di dalamnya (Telford, 1994). Pengetahuan mengenai
jenis mineral, porositas, dan kandungan fluida sangat berguna dalam interpretasi
resistivitas batuan seperti yang diperoleh dari pengukuran metoda geolistrik.
Di Desa Uso, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah telah dilakukan
pengukuran geolistrik vertical electrical survey (VES) metoda Wenner sebanyak 31 titik
dengan bentangan maksimum 900 m. Dari hasil interpretasi apparent resistivity
diperoleh bahwa di dekat garis pantai (Lintasan AB) didapatkan batuan dengan
resistivitas rendah (0 – 10 ohm-m), yang berdasarkan geologi regional diinterpretasikan
sebagai batupasir atau konglomerat yang mengandung air asin atau napal.
Batuan resistivitas rendah ini dipastikan melalui pemboran sumur Exploration Well dekat
GL 4 dengan kedalaman 100 meter. Dari hasil analisa serbuk bor dan data kimia air tanah
diperoleh bahwa batuan dengan resistivitas rendah (0 – 10 ohm-m) bukan napal dan juga
bukan batupasir atau konglomerat dengan kandungan air asin, melainkan perselingan
batugamping dengan batugamping konglomeratan dengan kandungan air tawar.
Dari hasil analisis serbuk bor pada sumur Exploration Well ditemukan dua lapisan
perselingan batugamping dengan batugamping konglomeratan dengan respon resistivitas
yang berbeda. Perselingan batugamping dengan batugamping konglomeratan pada
kedalaman 6,5 – 27 m (Lapisan A) mempunyai resistivitas hasil perhitungan metoda
Barnes yang agak tinggi (rata-rata 38,51 ohm-m) sedang perselingan batugamping
dengan batugamping konglomeratan pada kedalaman 57,5 – 85,5 m (Lapisan B)
mempunyai resistivitas yang rendah (rata-rata 1,92 ohm-m).
Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh pada respon resistivitas pada kedua lapisan
tersebut telah dilakukan analisis terhadap 10 sayatan tipis dan salinitas. Fungsi resistivitas
pada Lapisan A adalah 2 3 4
12
1 y =1897,02 + 0x ? 3,49×10? x + 0x ?14,74x dan untuk
Lapisan B adalah 3 4
13
1 2 y = ?67,06 + 0x + 0x +1,00×10? x + 0,53x . Dari kedua persamaan
ii
ini faktor yang paling dominan adalah salinitas fluida ( 4 x ) pengisi rongga batuan.
Persentase kalsit ( 1 x ) tidak berpengaruh sama sekali. Persentase mineral lain ( 2 x ) dan
porositas ( 3 x ) dari berpengaruh sangat kecil sampai tidak berpengaruh sama sekali.
Dari hasil interpretasi Barnes litologi daerah penelitian didominasi oleh batugamping
yang terdiri dari sembilan jenis lapisan, dan masing-masing lapisan mempunyai
hubungan stratigrafi yang tidak sederhana.
Dari log litologi kedua sumur Pilot Well dan Exploration Well, maupun dari interpretasi
litologi Barnes, tidak terlihat jelas jenis akifer (bebas atau terkekang) yang terdapat di
daerah penelitian. Untuk mengetahui jenis akifer ini telah dilakukan analisis hasil uji
pompa, yang hasilnya menunjukkan jenis akifer di daerah penelitian adalah akifer tidak
terkekang.
Karena daerah penelitian terletak di daerah pantai maka dilakukan juga analisis intrusi air
laut. Interface intrusi air laut di daerah penelitian bergeser ke arah laut sebagai akibat dari
adanya aliran airtanah (kondisi hidrodinamis) yang berarah barat laut-tenggara.